Iran Melihat Harga Minyak yang Pas di Kisaran US$ 55 per Barel

Zanganeh mengatakan bahwa anggota OPEC telah memberi isyarat bahwa mereka condong ke arah perluasan pemangkasan pasokan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Mei 2017, 06:45 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Iran melihat bahwa harga minyak mentah di kisaran US$ 55 per barel merupakan harga yang pas. Selain itu, Pemerintahan Iran juga yakin bahwa kemungkinan besar organisasi negara-negara produsen minyak (OPEC) akan memperpanjang kesepakatan pemangkasan produksi.

"Kisaran harga yang sesuai untuk minyak sekitar US$ 55 per barel," jelas Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh ditulis Reuters mengutip dari situs berita Kementerian Perminyakan Iran Shana, Senin (8/5/2017).

Pada perdagangan Jumat kemarin memang harga minyak berjangka Brent naik 72 sen, atau 1,5 persen ke posisi US$ 49,10 per barel. Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate naik 70 sen, atau 1,5 persen, menjadi US$ 46,22 per barel.

Harga tersebut sedikit menguat dan mulai beranjak dari posisi terendah dalam lima bukan terakhir. Pendorongnya, adanya keyakinan dari pelaku pasar bahwa Arab Saudi dan Rusia akan kembali atau memperpanjang pemangkasan pasokan untuk mendukung terbentuknya keseimbangan harga minyak yang baru.

Zanganeh mengatakan bahwa anggota OPEC telah memberi isyarat bahwa mereka condong ke arah perluasan pemangkasan pasokan. "Saya pikir produsen minyak non OPEC juga akan melakukan hal yang sama, tambah dia.

Para menteri energi perminyakan dari negara-negara anggota OPEC dan non OPEC rencananya akan bertemu pada 25 Mei mendatang.

Untuk diketahui, negara-negara anggota OPEC dan beberapa negara di luar OPEC seperti Rusia sepakat untuk masing-masing memangkas produksi minyak selama enam bulan mulai awal Januari hingga akhir Juni. 

kesepakatan tersebut untuk mengendalikan pasokan minyak di dunia. Selama ini memang pasokan minyak di dunia lebih besar dari permintaan sehingga mendorong harga minyak turun dari semula di kisaran US$ 100 per barel menjadi di bawah US$ 50 per barel. (Gdn/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya