Anak SMA Taruna Nusantara Temukan Listrik dari Tanah Liat

Ide anak SMA Taruna Nusantara itu mirip seperti Elon Musk -penemu ternama Amerika Serikat- yang mengubah energi cahaya menjadi listrik.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 08 Mei 2017, 18:30 WIB
Gaya Bagas ketika mengujicoba temuannya, Listrik dari Tanah Liat. (foto : Liputan6.com / edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - Heboh berita konvoi] merayakan kelulusan sekolah yang menjadi tradisi rutin tahunan anak sekolah, ternyata tak membuat seorang anak SMA Taruna Nusantara larut. Siswa itu justru membuat terobosan dengan temuan pembangkit listrik yang diolah dari tanah liat.

Adalah Bagas Pramana Putra yang sukses dengan percobaan terobosan teknologi itu. Temuan Bagas pun diikutkan dalam sebuah kompetisi tingkat nasional yang diselenggarakan sebuah BUMN dan meraih juara kedua untuk kategori terobosan teknologi.
 
Menurut Bagas, dalam kompetisi terobosan teknologi itu, ia harus bersaing dengan orang-orang yang lebih tua, bahkan ada pula yang sudah bergelar Profesor dan Doktor dari universitas terkemuka tanah air.

"Alat penghasil listrik itu dinamai Genteng Triko," kata Bagas melalui pembimbingnya, Amin Sukarjo, Senin (8/5/2017).
 
Menurut Amien Sukarjo, saat ini Bagas segera naik ke kelas 12 di SMA Taruna Nusantara. Ia meneliti tanah liat sejak kelas 10 di SMA Taruna Nusantara dengan fasilitas penuh dari sekolah.

Idenya mirip seperti Elon Musk -penemu asal Amerika Serikat- yang mengubah energi cahaya menjadi listrik. Namun Bagas mengambil ide yang berbeda, mengubah energi panas menjadi listrik.

Bagas membawa perangkat Genteng Triko ciptaannya untuk presentasi. (foto : Liputan6.com / edhie prayitno ige)

"Pemikirannya, energi dalam bentuk panas sangat melimpah di tanah air, sehingga perlu diubah menjadi listrik agar lebih bermanfaat. Apalagi kebutuhan listrik di tanah air semakin besar," kata Amin.
 
Bagas punya cita-cita membuat sebuah pemukiman percontohan yang memanfaatkan alat temuannya sebagai sumber listrik. Menurut Bagas, alat temuannya ini sangat murah dan mudah, karena bahan tersedia banyak di Indonesia, yaitu tanah liat.
 
Kendala yang dihadapi Bagas saat ini adalah ketersediaan bahan lain yang langka di tanah air, Magnesium. Guru pembimbing Bagas Amin Sukarjo berharap banyak penelitian Bagas bisa berlanjut yang tentunya butuh dukungan berbagai pihak.

Sukses meraih penghargaan juara kedua, mengalahkan kompetitor senior bergelar profesor dan doktor. (foto : Liputan6.com / edhie prayitno ige)

"Target Bagas sendiri adalah alatnya segera memiliki fungsi menyimpan listrik yang dihasilkan oleh tanah liat tersebut," kata Amin.
 
Selain persoalan pemanfaatan tanah liat dan energi panas dimana ia berharap Genteng Triko dipakai luas di masyarakat. Namun jika hal itu terjadi, ada syarat yang harus dipenuhi, yakni hutan yang harus dijaga.

"Ketersediaan tanah liat juga dipengaruhi oleh eksistensi hutan, yang sayangnya sampai saat ini terus tergerus dan hilang," kata Bagas.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya