Liputan6.com, Jakarta - Sejak Perang Korea rehat pada 1953, apapun yang terjadi dalam negeri Korea Utara seperti tersembunyi dari dunia luar.
Seiring dengan kemajuan teknologi, sejumlah kabar keadaan dalam negeri paling tertutup di muka Bumi itu mulai beredar di dunia luar.
Sebelum ini sudah ada laporan mengenai aturan gaya rambut tertentu bagi kaum pria yang harus selaras dengan gaya rambut Kim Jong-un, langkanya jalan beraspal di sana, hukuman bagi 3 generasi 'musuh' negara, ataupun kalender sendiri khas Korea Utara.
Baca Juga
Advertisement
Tapi, seperti dikutip dari therichest.com pada Senin (8/5/2017) berikut ini adalah 10 hal lain yang mencengangkan dalam negeri tersebut:
1. Masalah Methamphetamine
Ketika seseorang tinggal di Korea Utara, mungkin ia perlu sesekali lari dri kenyataan. Tidak masalah di Korea Utara, karena negeri itu menjadi penghasil methamphetamine bermutu tinggi dan bahkan melakukan ekspor sebagian di antaranya.
Rezim pemerintah mendapatkan penghasilan dari ekspor itu, tapi rakyat jelata juga menggunakannya walaupun mengambil dari pasokannya sendiri. Negara memang mendapatkan pemasukan, tapi dampaknya kepada rakyat biasa jelas merusak.
Advertisement
2. Cara Aneh Eksekusi Mati
Banyak rakyat Korea Utara meninggal karena kurangnya perawatan kesehatan, kurang gizi, dan kurangnya air bersih.
Penyebab kematian berikutnya adalah kamp kerja paksa dengan segala akibat ketika bekerja di sana.
Tapi yang lebih mengerikan adalah kematian karena berselisih dengan seseorang dalam pemerintahan Korea Utara.
Menurut sejumlah laporan, hukuman mati bisa dilakukan dengan senjata anti-udara, mortir, pelempar api, atau serbuan hewan-hewan.
Muncul laporan bahwa Kim Jong-un menghukum mati pamannya yang dianggap berkhianat dengan cara melemparkan paman itu ke kumpulan anjing sehingga diserang selama lebih dari 1 jam.
Belum ada konfirmasi resmi soal ini. Meski demikian, sang 'Supreme Leader' mengaku telah menghukum mati pamannya sendiri.
Jang Song-Thaek telah dieksekusi mati 12 Desember 2013. Namanya telah dihapus dalam segala dokumen dan dokumenter. 'Diuapkan' dari sejarah, dianggap tidak pernah ada.
Dalam pernyataan publik pertamanya terkait eksekusi Jang, Kim Jong-un menyebut tentang "penghapusan kotoran faksionalis".
Pesan Tahun Baru Kim Jong-un yang disiarkan di televisi negara, ia berkata bahwa 'tindakan tegas' itu telah memperkuat kesatuan negara 100 kali lipat.
"Keputusan yang tepat waktu dan akurat untuk menyingkirkan elemen anti-partai dan antirevolusioner telah memperkuat solidaritas dalam partai," kata Kim Jong-un menuduh Jang berusaha membangun kekuatan sendiri di partai berkuasa, seperti dikutip BBC.
3. Kanibalisme
Korea Utara mengalami kelaparan luar biasa. Banyak negara dan organisasi mencoba sebisanya membantu dengan mengirimkan bantuan pangan, tapi malah dihalangi oleh pemerintah yang mengatakan bahwa warganya tidak perlu atau tak ingin bantuan dari pihak luar.
Kim Jong-un pernah mencoba melakukan rekayasa genetika untuk menghasilkan kelinci-kelinci bongsor, tapi tidak berhasil.
Kanibalisme dikabarkan terjadi di Korut, sehingga anak-anak diperingati agar tidak berkelana sendirian dan orang sering khawatir membeli makanan dari pedagang di pinggir jalan.
Advertisement
4. Anjloknya GDP
Korea Utara melaporkan dirinya beranjak maju dan menjadi semakin baik. Namun demikian, ketika dinilai menggunakan GDP, pengakuan itu justru bertolak belakang.
Sebagai perbandingan, GDP Amerika Serikat pada 2011 adalah senilai US$ 15,52 triliun, sedangkan angka untuk Korea Utara hanya berkisar pada US$ 12,38 miliar dan jelas tidak cukup untuk menopang suatu negara -- apalagi ketika sebagian besar dana dipakai untuk penelitian dan pengembangan senjata-senjata, pendanaan militer, dan mendukung gaya hidup mewah sang pemimpin.
5. Kurangnya Pasokan Listrik
Korea Utara tidak memiliki uang untuk memasok listrik ke seluruh negeri setiap jam selama 365 hari dalam setahun.
Kebanyakan warga Korea Utara tidak pernah mengenal listrik dalam hidup mereka. Bagi yang beruntung mendapatkan listrik, hanya cukup untuk 1 hingga 2 jam sehari, untuk keperluan memasak, memanaskan air, atau membuat obat.
Yang mendapatkan pasokan listrik terus-menerus adalah kelompok paling elite di negeri itu, termasuk Kim Jong-un, para penasihat utama, dan kaum kerabat mereka.
Bukti mengenai keterbatasan pasokan listrik pernah terungkap melalui beberapa citra satelit yang membandingkan kecerlangan Korea Utara dengan China di utara dan Korea Selatan di selatannya.
Advertisement
6. Pupuk Tinja Manusia
Negeri itu tidak punya pangan untuk dirinya sendiri, apalagi dengan para petani dan peternak di sana.
Peternak memberi pangan kepada peliharaannya, mengumpulkan tinja hewan, menebarkan kotoran itu menjadi pupuk tanaman, lalu menggunakan sebagian hasil pertanian untuk memberi makan ternak. Begitulah siklusnya.
Tapi, di tengah kelaparan parah Korea Utara, penduduk memiliki sedikit sisa pangan yang bisa diberikan kepada ternak, sehingga sedikit pula tinja hewan yang dijadikan pupuk tanaman.
Dengan demikian, orang menyimpan tinja mereka dan menebarkannya di ladang dan pertanian yang hasilnya kemudian menjadi makanan mereka. Tapi, tentu saja pernah terjadi hal serupa dalam sejarah dunia.
7. Kemiskinan Semesta
Korea Utara memang melarat walaupun semua orang dipaksa bekerja, suka ataupun tidak suka. Tapi mereka jarang diberikan pilihan pekerjaan mereka dan tidak bisa memiliki ambisi mendapatkan gaji tinggi.
Kerjakan tugas, dibayar sedikit, lalu pulang untuk tidur. Jika berkelakuan baik, mungkin itulah yang menjadi pekerjaan seumur hidup. Monoton dan langka promosi.
Rakyat jelata tidak bisa memiliki bisnis sendiri, mengambil kerja sampingan, menjual real estate atau menanam modal di bursa saham.
Terimalah apa yang diberi, walaupun hanya US$ 2 hingga 3 per bulan. Mereka yang terbawah diajari bahwa mereka cukup beruntung bisa mendapatkan gaji seperti itu.
Advertisement
8. Sistem Kasta
Salah satu alasan mengapa warga Korea Utara tidak memiliki banyak kesempatan promosi adalah karena negeri itu terbagi sistem 3 kasta, termasuk 50 sub-kasta di dalamnya.
Sistem yang dikenal dengan Songbun itu menggolongkan kasta seseorang berdasarkan leluhur, bukan karena karakter atau kecerdasan.
Jadi, jika leluhur seseorang setia kepada pemerintah, mereka termasuk kelas ini dan jumlahnya mencakup sekitar 25 persen populasi. Golongan ini menerima pasokan listrik, perumahan bagus, dan kesempatan terbaik dalam pekerjaan.
Di bawahnya, sekitar 55 persen populasi, adalah warga biasa Korea Utara yang tidak terang-terangan setia atau tak kentara melawan rezim penguasa.
Lalu, sekitar 20 persen populasi, ada kasta terbawah semisal keturunan para pengacara, warga Kristen, dan siapapun yang pernah mempertanyakan rezim. Kelas terbawah ini dijerumuskan ke dalam kemelaratan luar biasa.
Ironis, sistem kasta ini mengubah rakyat jelata menjadi kaum borjuis dan kelas masyarakat berpendidikan dan melek huruf menjadi pengemis
9. Kamp Kerja Paksa
Kebanyakan keturunan mereka yang berpendidikan dimiskinkan dan dilaparkan hanya karena mereka berada dalam kasta 'musuh' tersebut.
Tapi, mereka yang keturunan pembangkang sejati atau pernah mencoba melawan pemerintah, akan dijebloskan ke kamp-kamp kerja paksa serupa dengan yang ada pada zaman Nazi.
Cukup lama dunia luar tidak terlalu mengetahui adanya kamp-kamp kerja paksa dan Amerika Serikat seperti tidak peduli hingga akhirnya seorang warga Ohio bernama Otto Warmbier ditahan oleh pemerintah Korea Utara dan dikirim ke kamp kerja paksa selama 15 tahun karena mencoba membawa pulang sehelai poster propaganda dari hotelnya di Pyongyang.
Kondisi di kamp kerja paksa sungguh mengerikan dengan populasi berlebih orang-orang yang dipaksa mengerjakan pekerjaan berat dalam keadaan kelaparan dan kurang gizi, takut disiksa atau dibunuh.
Demikian juga dengan pekerjaan oleh anak-anak yang dimulai sejak mereka mampu bekerja, misalnya membawa air dari sumur ke rumah mereka dengan menempuh jarak jauh.
Advertisement
10. Penjara Khusus Penyiksaan
Adanya penjara-penjara khusus penyiksaan di Korea Utara seperti penjara dalam penjara. Misalnya Shin Dong-hyuk yang melarikan diri dari kamp nomor 14. Ia dilahirkan dalam penjara itu dan sangat menderita ketika ibu dan saudara lelakinya mencoba kabur.
Shin dibawa ke ruang bawah tanah di kompleks penjara, lalu digantung di langit-langit di atas sebuah wadah berisi batubara menyala sehingga melepuhkan kulit punggungnya.
Ia kemudian dikembalikan ke sel penjara biasa hanya setelah menceritakan segalanya tentang saudara lelaki dan ibunya, lalu menyaksikan mereka dibunuh di hadapannya.