Pakar: Spam di WhatsApp Berisiko Ekspos Data Pribadi Pengguna

Penerima pesan yang belum teredukasi adalah pihak yang paling rentan terhadap penipuan siber semacam ini.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 09 Mei 2017, 07:30 WIB
Ilustrasi Spam. Dok: hoax-slayer.net

Liputan6.com, Jakarta - Pengguna aplikasi pesan WhatsApp kini telah mencapai lebih dari 1,2 miliar orang di seluruh dunia. Masifnya penggunaan WhatsApp rupanya bisa disalahgunakan oleh penjahat siber, salah satunya dengan menyebarkan pesan spam.

Meski pesan berisi tautan dengan iming-iming hadiah sudah pasti bohong belaka, masih banyak pengguna WhatsApp yang tertipu akan hal ini.

Menurut Pakar Keamanan Siber dan Kriptografi Pratama Persadha, modus spam melalui pesan singkat seperti WhatsApp memang sudah ada sejak lama dan modelnya pun beragam.

"Ada yang menyebarkan spam chat dengan iming-iming hadiah, ada juga yang menaruh situs palsu untuk tujuan phishing. Tetapi intinya tetap sama, yaitu pelaku mengincar keuntungan secara ekonomi dengan menipu korbannya," kata Pratama yang dihubungi Tekno Liputan6.com, Selasa (9/5/2017).

Pratama menyebutkan, penjahat siber mengirimkan pesan meyakinkan bagi masyarakat. Penerima pesan yang belum teredukasi adalah pihak yang paling rentan terhadap penipuan siber semacam ini. Mereka pun akan tergiur dan rentan menjadi korban. Apalagi jika pesan-pesan spam tersebut berisikan link atau tautan berbahaya.

"Tautan ini dibuat menyerupai aslinya, baik dari nama situs ataupun tampilannya. Padahal, bisa saja pada situs tersebut sudah dipasang malware, jadi perangkat pengguna akan langsung terinfeksi jika membuka situs tersebut," kata Pratama.

Tak main-main, risiko yang ditimbulkan saat seseorang mengeklik tautan itu cukup fatal, yakni informasi pribadi pengguna bisa langsung terekspos. Selain itu, ada modus lain yang mungkin digunakan untuk menipu masyarakat, misalnya dengan akun palsu.

"Akun-akun ini menjalankan aksinya dengan metode social engineering, yaitu dengan berkomunikasi dengan korbannya. Pengguna diyakinkan bahwa ia telah memenangkan hadiah tertentu, tetapi syaratnya pengguna harus mengirimkan sejumlah uang terlebih dahulu. Ini jelas adalah modus penipuan," jelasnya.


Pencegahan

Lalu, apa yang harus dilakukan pengguna aplikasi jika mendapatkan pesan spam?

"Yang paling dasar adalah, jangan langsung percaya dengan pesan yang diterima yang menyebutkan bahwa pengguna memenangkan hadiah tertentu. Sebaiknya diabaikan saja," ujarnya.

Ia mengingatkan kepada seluruh pengguna aplikasi chatting bahwa ada ribuan situs phishing yang mengancam pengguna internet. Hal ini sebenarnya bisa dicegah apabila pengguna selalu waspada.

"Pastikan URL atau alamat situs yang akan dituju benar dan bukan situs palsu yang dibuat menyerupai aslinya. Selain itu jangan sembarang membuka tautan yang pada akhirnya mewajibkan pengguna untuk memasukkan email dan password, itu yang berbahaya," ungkap Pratama.

(Tin/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya