Liputan6.com, Beijing - Pada Sabtu waktu China, seorang perempuan menunggu suaminya Kim Hak-song di sebuah kota perbatasan Tiongkok-Korea Utara. Pria itu harusnya turun dari kereta yang mengangkutnya dari Korut.
Namun nahas, yang ditunggu tidak kunjung muncul. Bahkan sampai detik ini.
Advertisement
"Saya menunggu hingga penumpang terakhir. Saya menunggu hingga pintu kereta ditutup, tapi saya tidak juga menemukannya," ungkap Kim Mi-ok dalam wawancaranya dengan CNN, Selasa (9/5/2017).
Keesokan harinya, kantor berita Korut mengumumkan bahwa dinas keamanan telah menahan Kim Hak-song karena dicurigai "melakukan tindakan memusuhi negara."
"Saya terdiam, saya terguncang," tutur Kim Mi-ok.
Perempuan itu tak kuasa menahan tangis. Ia memukul dadanya seraya mengatakan bahwa suaminya telah didakwa secara sembrono.
"Ia datang ke negara itu dan melayani dengan cinta dan saya percaya kata-katanya bahwa tidak ada tujuan lain," ujar perempuan berkacamata tersebut.
Kim Hak-song merupakan seorang keturunan Korea yang lahir di Tiongkok. Ia menjadi warga naturalisasi Amerika Serikat lebih dari satu dekade lalu. Kim Hak-song juga diketahui merupakan seorang pendeta Kristen Evangelis.
Menurut sang istri, Kim Hak-song mengajar di teknik pertanian di Pyongyang University for Science and Technology. Ia meyakini bahwa suaminya tidak melakukan pekerjaan misionaris di Korut, sebuah negeri ateis.
"Dia juga bekerja sebagai petani. Dia selalu mencintai tanah dan negerinya," kata perempuan itu.
Dalam wawancara tersebut, Kim Mi-ok juga menunjukkan foto di mana suaminya berdiri di tengah sawah, tempat dia bekerja di pinggiran Pyongyang. "Tahun lalu mereka panen besar."
Perempuan itu membenarkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ia dan suaminya kerap datang ke Korut. Namun kunjungan mereka itu terkait dengan pekerjaan Kim Hak-song di universitas.
Tanda-tanda penangkapan Kim Hak-song dinilai telah muncul pada 22 April 2017. Kala itu, Korut tiba-tiba saja menahan Tony Kim, seorang akademisi Amerika-Korea yang juga rekan Kim Hak-song di universitas yang sama.
Sementara itu, pada Jumat lalu, pejabat Korut mengumumkan peluncuran sebuah kampanye untuk membasmi agen-agen asing. Pernyataan ini muncul setelah Korut sebelumnya melontarkan klaim, mereka berhasil menggagalkan rencana yang didukung CIA untuk membunuh Kim Jong-un.
Klaim tersebut dibantah, baik oleh pejabat intelijen Korea Selatan maupun Amerika Serikat.
Terkait penahanan suaminya, Kim Mi-ok mengirimkan pesan bagi pemerintah Korut. "Kita semua sama. Saya harap penahanan ini diselesaikan dengan cara-cara kemanusiaan dan dia dapat dikembalikan ke keluarga kami. Kami sudah menunggunya."