Liputan6.com, Washington, DC - Pejabat militer Amerika Serikat dan Kementerian Luar Negeri merekomendasikan pengiriman setidaknya 3.000 lebih tentara ke Afghanistan untuk memerangi Taliban. Demikian laporan media AS.
Tidak hanya itu, para pemimpin militer juga akan kembali mendapatkan wewenang untuk menargetkan pimpinan Taliban melalui serangan udara.
Advertisement
Seperti dilansir BBC, Selasa (9/5/2017) sejumlah pejabat AS yang enggan disebutkan namanya mengatakan, Presiden Donald Trump belum menyetujui rencana tersebut. Rekomendasi itu sendiri termasuk pula permintaan pengiriman 3.000-5.000 pasukan dari negara-negara NATO lainnya.
Saat ini terdapat 13.000 pasukan NATO di Afghanistan di mana 8.400 di antaranya berasal dari AS.
Operasi tempur AS melawan Taliban secara resmi telah berakhir pada tahun 2014, namun sejumlah pasukan khusus masih berada di negara itu untuk mendukung kapasitas pasukan Afghanistan.
Pada Februari 2017, komandan pasukan AS di Afghanistan Jenderal John Nicholson mengatakan kepada komite Senat bahwa terjadi "kekurangan beberapa ribu pasukan." Menurutnya, dibutuhkan lebih banyak pasukan untuk memecahkan "jalan buntu."
Bulan lalu, Taliban mengumumkan dimulainya "serangan musim semi" setelah mereka membunuh setidaknya 135 tentara di sebuah kompleks militer.
Kelompok teror tersebut mengatakan akan menggunakan taktik militer disamping politik. Mereka juga menyatakan bahwa target utamanya adalah kekuatan asing.
Dalam pekan ini, Taliban dikabarkan merebut sebuah distrik di Afghanistan utara sebagai bagian dari upaya mereka merebut Kota Kunduz. Akibat peristiwa tersebut, ribuan keluarga terpaksa meninggalkan rumah mereka demi menghindari serangan kelompok itu.
Pada era Barack Obama, AS menetapkan tenggat waktu untuk mengurangi jumlah pasukan AS di Afghanistan dan melepaskan wewenang Pentangon untuk secara langsung menargetkan kepemimpinan Taliban.