Liputan6.com, Pangalengan - Meski Jakarta menjadi pusat pemerintahan sekaligus pusat bisnis di Indonesia, persoalan pemadaman listrik masih kerap dialami warga ibu kota. Hal itu bukan disebabkan oleh kekurangan energi listrik.
Kepala Divisi Energi Baru Terbarukan (EBT) PT PLN Tohari Hadiat menerangkan suplai listrik untuk Jakarta tidak pernah seret, bahkan berlebih, karena sudah masuk dalam jaringan interkoneksi Jakarta - Bali. Bahkan, cadangan suplai listrik mencapai 30 persen dari total kapasitas 40 ribu megawatt (MW).
Penyebab seringnya pemadaman listrik, ia menuturkan, terletak pada faktor transmisi listrik ke pelanggan. Seringkali, sambungan listrik terganggu oleh hal-hal yang terlihat remeh, seperti ada ular loncat ke kabel, kabel tersambar kalong hingga dahan pohon patah mengenai kabel.
Baca Juga
Advertisement
"Itu yang perlu diedukasi bersama-sama kepada masyarakat. Jaringan harus dipastikan dalam keadaan bersih (dari gangguan) sehingga tidak ada gangguan," kata Tohari dalam acara Media Gathering PLTA Lamajan di Pangalengan, Bandung Barat, seperti ditulis Selasa (9/5/2017).
Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka menambahkan, terutama untuk Jakarta, pemadaman listrik sering terjadi selain karena banjir, juga kondisi gardu listrik yang sudah tua. Untuk menghindari korban jiwa, listrik harus dipadamkan saat banjir menggenangi suatu wilayah.
Sementara, terkait persoalan gardu dan tower tua, PLN kebingungan menggantinya karena sulit membebaskan lahan di Jakarta. Salah satu contoh adalah pemindahan tower yang berada di daerah Menteng, Jakarta Pusat, dan Hang Jebat, Jakarta Selatan.
"Coba lihat Menteng, ada di rumah orang paling kaya masih ada tower tegangan menengah PLN. Di sekitar Hang Jebat juga ada tegangan tinggi," kata Made.
Dia menegaskan PLN bukan tak punya dana untuk memperbarui tower dan gardu, namun persoalan ketersediaan lahan pengganti yang sulit menjadi kendala utama.
"Kalau dibangun yang baru, yang lama tetap harus dipasang. Memang mau berbulan-bulan warga Jakarta tak ada listrik?" ujar Made.
Persoalan lain yang harus dipahami warga, menurut Made, menghidupkan listrik yang mati perlu waktu karena PLN harus mengecek sepanjang kabel untuk mengetahui titik masalahnya. Tak jarang, kabel itu berada di tengah hutan yang sulit terjangkau.
"Orang pikir listrik mati mudah dihidupkannya, tapi kenyataannya tidak begitu," ujar Made. (Dinny Mutiah)