Liputan6.com, Jakarta - Anda pasti tahu kalau banyak sekali Tanggal Merah di April-Mei ini.
Apa yang terjadi kalau tanggal merah itu jatuh dekat-dekat dengan akhir pekan? Kalau tanggal merah itu jatuh di hari Jumat atau Senin, bakal ada Long weekend atau akhir minggu panjang, atau orang seringkali menyebutnya Libur Panjang.
Kalau tanggal merah itu jatuh di hari selasa, maka banyak orang akan ambil cuti di hari Senin. Kalau tanggal merah itu jatuh di hari Kamis, maka banyak orang juga akan ambil cuti di hari Jumat. Ujung-ujungnya sama, libur akan jadi lebih panjang.
Apa yang terjadi ketika ada libur panjang? Pusat perbelanjaan jadi ramai. Entah itu mal atau area belanja. Selalu seperti itu. Apalagi kalau habis tanggal gajian, bisa makin ramai.
Banyak mal yang seringkali dipenuhi lautan manusia ketika ada libur panjang seperti ini. Dari banyak orang yang saya temui, banyak dari mereka yang pengeluarannya dalam sehari bisa mencapai tiga sampai empat kali dari pengeluaran di hari biasa.
Baca Juga
Advertisement
Menariknya, seringkali toko-toko atau pusat perbelanjaan tahu bahwa tempat mereka akan ramai saat libur panjang, sehingga banyak dari toko atau mal itu yang ramai-ramai pasang program diskon besar-besaran alias sale.
Saya sering ketemu penggila sale. Tiap libur, entah libur resmi atau libur akhir pekan, orang-orang ini pasti rajin mengunjungi acara sale dan memanfaatkannya dengan membeli barang-barang sale sebanyak mungkin. Tidak peduli kalau setelah itu uang jadi habis. Sale yang menjual busana dan aksesoris biasanya sih paling laku.
Kalau Anda hobi datang ke acara-acara sale sebenarnya sih tidak ada masalah, tapi harus diakui bahwa kadang-kadang - kalau tidak dikontrol - sale itu bisa membunuh kantong Anda pelan-pelan.
Serius.
Nah, berikut ini adalah tiga sikap yang harus Anda miliki dalam menghadapi sale supaya kantong Anda tidak terbunuh pelan-pelan:
Belajar untuk tidak membeli hanya karena ada sale
Kenapa? Karena yang namanya sale tiap bulan pasti ada. Walaupun tidak selalu ada sale di toko yang sama, tapi hampir tiap bulan pasti ada.
Tidak percaya? Coba lihat, di Januari pasti ada New Year Sale. Di Februari ada Valentine Sale. Masih di Februari atau kadang di Maret ada Chinese New Year Sale.
Di bulan April, pas hari Kartini, ada saja toko atau produsen yang memperingati hari tersebut dengan mengadakan sale.Bulan Mei ada Diskon Hari Buruh dan Diskon Hari Pendidikan.
Di Juni ada sale atau diskon libur sekolah. Di Jakarta tiap Juni juga ada Jakarta Great Sale, lalu di Juni tahun ini ada juga diskon Lebaran yang biasanya didului dengan diskon Ramadhan.
Bulan Juli ada Back to School Sale. Di Agustus ada diskon Hari Kemerdekaan. Ada juga Diskon September Ceria di bulan September, Diskon Sumpah Pemuda di Oktober, Diskon Hari Pahlawan di November dan Diskon Natal di Desember.
Begitu Januari, kembali lagi ada New Year Sale. Begitu terus. Fuiihhhhh. Belum lagi acara diskon yang sering diadakan kapanpun, seperti Midnite Sale.
Kadang, sale itu juga tidak hanya terjadi pada busana dan aksesoris. Jadi apa kesimpulannya? Kalau ada sale ya santai aja. Tidak usah jadi kalap. Tak akan lari sale dikejar, bulan depan atau depannya lagi, pasti akan ada sale lagi.
Motif
Mengertilah Motif sale
Memang sih, kalau tidak dibeli sekarang saat sale, model yang Anda inginkan akan habis dibeli orang. Tapi jangan lupa, tiap sale kan pasti ada modelnya sendiri-sendiri. Itulah kenapa Anda harus belajar untuk mengerti motif apa yang ada di pikiran pedagang, toko atau mal ketika mengadakan sale.
Bagaimana caranya? Begini, dalam rentang waktu beberapa bulan sekali, barang-barang tipe tertentu pasti memiliki model-model terbaru.
Nah, ada pedagang yang hanya mengadakan sale setiap kali mereka ingin menghabiskan stok barang pada model itu, ada juga yang melakukan sale pada barang-barang tertentu saja yang dianggap tidak begitu laku, ada juga pedagang yang melakukan Sale untuk mengakrabkan brand mereka dengan masyarakat, dan ada juga pedagang yang melakukan sale pada barang-barang yang dianggap kurang begitu sempurna dalam hal kualitas, mungkin karena ada jahitan yang tidak sempurna atau semacam itu.
Jadi, ketika Anda menjadi pembeli, Anda harus tahu tipe sale seperti apakah yang dilakukan oleh si pedagang. Dengan demikian Anda bisa tahu kualitas barang seperti apakah yang akan Anda dapatkan kalau Anda membeli pada program sale itu, dan memutuskan apakah Anda akan membeli atau tidak.
Advertisement
Tak selalu benar
Tidak semua sale itu benar-benar diskon
Serius. Banyak pedagang yang menaikkan dulu harganya sebelum melakukan sale. Contoh, harga barang itu sebenarnya Rp 500 ribu. Kemudian, ketika ingin memberikan program sale 50 persen, dia akan menulis bahwa barang itu diberi sale 50 persen dari harga asli sebesar Rp 700 ribu, menjadi Rp 350 ribu.
Nah, apa yang harus Anda perhatikan adalah dengan memahami apakah barang tersebut memang pantas dihargai Rp 700 ribu? Entah dari kualitas bahan, trend model, brand dan lain sebagainya.
Kalau tidak pantas, misalnya: “Kayak gini sih pantasnya bukan Rp 700 ribu nih, tapi Rp 500 ribu..”, ya berarti mungkin saja si pedagang itu memang menaikkan dulu harga jualnya sebelum melakukan sale.
Memang, cara ini tidak sepenuhnya menjamin kebenaran perkiraan harga yang Anda berikan, tapi paling tidak ini bisa jadi panduan buat Anda melihat apakah praktek kenaikan harga sebelum sale itu terjadi atau tidak.
Hal lain juga yang harus Anda lakukan ketika melihat sale adalah dengan menghitung berapa sebenarnya jumlah sale yang Anda dapatkan. Kalau ada harga baju Rp 1 juta, diskon 40 persen maka harga akhirnya adalah Rp 600 ribu. Betul?
Betul.
Sekarang, kalau harga baju Rp 1 juta, lalu dia bilang diskon 40 persen + 30 persen, maka berapakah diskonnya? Rp 700 ribu kan? Sehingga harga akhirnya jadi Rp 300 ribu. Betul?
Salah.
Coba kita lihat: Harga awal Rp 1 juta, diskon 40 persen jadi Rp 600 ribu. Diskon lagi 30 persen dari 600 ribu, jadinya Rp 420 ribu. Dengan harga awal Rp 1 juta, ini berarti Diskon sebenarnya adalah 58 persen. Bukan 70 persen.
Lho, yang bilang 70 persen siapa? Kan dibilang Diskon 40 persen + 30 persen. Berarti pedagangnya bohong, dong? Pedagangnya tidak bohonglah. Kita yang bodoh: Siapa suruh berpikir kalau diskon 70 persen?
Tuh, mengerti maksud saya? Tidak semua sale itu benar-benar sale, kadang harganya sudah dinaikkan dulu, atau kadang angka sale-nya tidak seperti yang kita perkirakan. Yah, tidak semua produsen seperti itu, tapi nggak ada salahnya Anda tahu hal-hal seperti ini. Bukan begitu?
Nah, itulah tiga sikap yang harus Anda miliki saat ada sale. Mudah-mudahan Anda bisa jadi lebih bijak tiap kali ada sale yang datang saat banyak tanggal merah dan libur panjang seperti sekarang.
Safir Senduk & Rekan
Telepon: (021) 2783-0610
HP: 0818-770-500 (Dala Rizfie-Manajer)
Twitter/Instagram: @SafirSenduk