Liputan6.com, Jakarta Memeriahkan Hari Raya Waisak, Jawa Timur menggelar Vesak Festival di Atrium Tunjungan Plaza 3 Surabaya. Festival yang digelar untuk ketiga kalinya ini diselenggarakan 10-14 Mei 2017.
Mengusung tema besar “Unconditional Love”, Vesak Festival tahun ini bertujuan mengingat dan meneladani cinta kasih Buddha kepada semua makhluk. Cinta kasih tanpa batas yang merupakan penerapan langsung dari cinta kasih, welas asih, simpati, dan keseimbangan batin.
Vesak Festival 2017 menggunakan rotan sebagai bahan utama diorama. Pemilihan tersebut berdasarkan ciri khas rotan yang dapat memberikan kesan hangat sesuai dengan tema festival tahun ini. Rotan juga merupakan bahan alami yang ramah lingkungan, namun untuk dapat membentuk anyaman rotan Buddha bukanlah proses yang mudah.
Advertisement
Gondo Wibowo, Ketua Panitia Vesak Festival 2017 mengatakan, "Kami bekerja sama dengan perajin lokal yang memahami seluk beluk rotan dan memiliki nilai seni yang tidak kalah dari perajin mancanegara.”
Ia berharap, ketika pengunjung melihat Buddha dari rotan, bisa menjadi ajang momentum bangkitnya seni rotan yang khas Nusantara.
"Semoga ini dapat meningkatkan kesadaran akan lingkungan dan kebanggaan akan hasil karya dalam negeri," ujarnya.
Tak hanya itu, dalam festival ini pengunjung juga akan dihibur dengan pertunjukan seni dan budaya, seperti Flashmob Meditation, pertunjukan wayang potehi yang menceritakan kisah Legenda Kera Sakti, penampilan Kemung dan Surabaya Chinese Orchestra, serta persembahan anak sekolah minggu dari beberapa Vihara terkemuka di Surabaya. Pameran ini juga mendatangkan relik Sang Buddha.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf, saat membuka Vesak Festival mengatakan, "Setiap tahun digelar Festival Waisak. Pada intinya tema yang diangkat ingin mengajak kita merawat dan menyatukan perbedaan menjadi satu kekuatan bagi kemajuan Indonesia.”
Lebih jauh dirinya mengatakan, festival ini awalnya merupakan inisiatif anak-anak muda Buddha yang ingin menyajikan pameran, agar diketahui masyarakat dan di dalamnya terdapat pesan-pesan perdamaian.
“Intinya adalah ingin perbedaan yang ada ini dilihat sebagai sesuatu pemberian Tuhan. Yang kemudian menjadi modal untuk membangun Indonesia di masa mendatang,” ungkap Gus Ipul.
Gus Ipul sendiri berharap, Waisak bisa menjadi momen untuk merawat kebinekaan, merajut kerukunan untuk menjaga NKRI, dan menjaga kedamaian.