Liputan6.com, Yerusalem - Seorang pembawa berita profesional di Israel berupaya keras menahan air matanya, ketika menyampaikan informasi bahwa program berita yang dibawakannya akan ditutup. Geula Even terlihat begitu tak bisa menyembunyikan emosinya saat itu.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (11/5/2017), stasiun berita Channel 1 menayangkan episode terakhir program itu pada Selasa 9 Mei waktu setempat. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tiba-tiba menutupnya akibat pertempuran politik yang terjadi di negaranya.
Advertisement
Netanyahu mengatakan penutupan program di stasiun penyiaran yang dikelola negara tersebut merupakan bagian dari reformasi, untuk menciptakan organisasi pengganti yang baru. Tapi staf dan anggota parlemen oposisi menuduhnya berusaha mengendalikan media seperti yang dilakukan Presiden AS Donald Trump.
Otoritas Penyiaran Israel yang dikelola negara diberi tahu satu jam sebelum siaran hari Selasa, bahwa program 'Mabat LaHadashot' yang telah mengudara selama 49 tahun harus ditutup.
Mengetahui hal itu, staf kantor berita tersebut meneteskan air mata dan menyanyikan lagu kebangsaan.
"Ini datang lebih cepat dari perkiraan. Kami tak menduganya...," kata presenter Michal Rabinovich.
Program ini dibatalkan menjelang peluncuran program baru pengganti yang ditutup Netanyahu. Peluncuran entitas penyiaran baru Israel itu sempat ditunda beberapa kali, dan dijadwalkan untuk mengudara pada 15 Mei.
"Ini adalah tanda aib pada pemerintahan ini," ujar wartawan veteran Ya'akov Ahimeir.
"Mereka memberitahu Anda beberapa jam sebelum siaran bahwa itu adalah tayangan terakhir. Apa kami ini penjahat?".
Berikut ini tayangan emosional tersebut: