Liputan6.com, Jakarta Saat keluar rumah sering kali kita menggunakan berbagai macam produk tabir surya untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Salah satunya adalah sunscreen, yang berfungsi melindungi dan menyaring sinar UV agar tidak langsung terkena kulit kita.
Namun, seberapa efektif tabir surya untuk melindungi kulit kita?
Baca Juga
Advertisement
Sebuah lembaga non-profit bernama Environtmental Working Group (EWG) menemukan adanya kandungan berbahaya dari berbagai produk tabir surya. Beberapa di antaranya mengandung zat kimia berbahaya seperti oxybenzone dan retiny palmitate yang terkandung dalam vitamin A.
Peneliti senior dari EWG, Dave Andrew, mengatakan, sebenarnya penggunaan tabir surya tidak terlalu efektif melindungi kulit dari bahaya kanker kulit. Namun, tetap perlu menggunakannya guna melindungi kulit dari bahaya buruk radiasi sinar UV. Center for Disease Control and Prevention (CDC) yang menyarankannya.
Dave juga mengingatkan agar kita tidak salah dalam mengartikan besaran dari kandungan SPF yang menempel di setiap tabir surya yang kita gunakan. Menurutnya, banyak konsumen yang menganalogikan bahwa kandungan SPF yang tinggi berarti menyediakan perlindungan yang lebih memadai untuk kulit.
"Sangat menyesatkan untuk menaruh jumlah SPG yang tinggi dalam produk tabir surya, karena dapat memberikan pengertian yang salah tentang perlindungan dari produk-produk tabir surya tersebut," kata Ahli Analisis dari EGW, Neka Leiba menambahkan.
Terkadang banyak konsumen justru menyalahkan produk tabir surya yang mereka gunakan karena tidak dapat melindungi kulit secara maksimal. Padahal sebagai konsumen kita harus jeli memilih mana tabir surya yang dapat melindungi dari sinar UVA dan UVB.
UVA merupakan radiasi sinar matahari yang dapat menembus bagian dalam kuit sehingga dapat merusak kulit serta menyebabkan kerutan. Sedangkan UVB dapat membuat kulit terbakar atau kemerahan.
(Aida Tifany)