Liputan6.com, Jakarta - Seperti diwartakan sebelumnya, serangan siber yang mengancam lebih dari 70 negara juga berimbas ke Indonesia. Kali ini, institusi kesehatan seperti rumah sakit yang kena getah paling banyak.
Hingga berita ini naik, sudah ada sekitar ribuan alamat Internet Protocol (IP) Indonesia yang terkena serangan ransomware. Dari 104.118 domain yang terdeteksi, 102.769 di antaranya sudah mati, dan tinggal 1.349 yang masih aktif di seluruh dunia.
Lantas, mengapa Indonesia juga ikut terkena serangan siber? Apakah hacker memang ingin ‘merusak’ karena tujuan tertentu, atau semata-mata ingin melumpuhkan sistem keamanan?
Baca Juga
Advertisement
Menurut Pratama Persadha, pakar keamanan siber, insiden meresahkan ini sebetulnya dianggap wajar. Pasalnya, orang Indonesia—dalam hal ini merujuk ke institusi—tidak sadar akan pengamanan informasi. Karena itu, ia menegaskan, keamanan sudah seharusnya menjadi prioritas.
“Mereka terbiasa bisa beli sistem yang hebat, mahal, dan sangat enterprise. Akan tetapi, tidak sadar tentang keamanannya. Ya kalau jadinya seperti ini, jangan sepelekan keamanan,” kata pria yang menjabat chairman CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) kepada Tekno Liputan6.com via pesan instan, Sabtu (13/5/2017).
Bagaimana pun, Pratama menekankan, tindakan yang harus dilakukan agar tidak terkena serangan adalah proses backup data yang dimiliki.
"Oleh karena itu, harus diantisipasi dengan membuat backup data secara periodik dan realtime. Sehingga kalau file kita tersandera, kita masih punya backup-nya," terang Pratama. "Jangan simpan backup di komputer yang sama," ia menambahkan.
Untuk informasi, para ahli keamanan siber berhasil mengidentifikasi serangan siber ini merupakan malware WannaCry jenis baru. Selain Indonesia, ia juga sudah menyebar ke beberapa negara mulai dari Inggris, Spanyol, Rusia, Taiwan, Perancis, Jepang, dan masih banyak banyak lagi.
(Jek/Ysl)