Liputan6.com, Riyadh - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al Saud resmi mengundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke negaranya.
Undangan tersebut disampaikan Raja Salman tak lama setelah melakukan lawatan kenegaraan ke Tanah Air, Maret 2017 lalu.
Jokowi diundang ke Saudi dalam rangka KTT AS-Arab Saudi. Undangan tersebut diantarkan langsung oleh Menteri Informasi dan Kebudayaan Saudi, Awad al-Awad.
Dalam lawatan ke Indonesia, Menteri Awad menyampaikan apresiasi tinggi terhadap Presiden Jokowi. Pujian tersebut merupakan salah satu pesan yang dititipkan Raja Salman kepada sang menteri.
"Pemerintah Saudi selalu ingin membangun hubungan dengan Indonesia di berbagai bidang yang jadi kepentingan bersama," sebut Awad, seperti dikutip dari Aawsat, Sabtu, 13 Mei 2017.
Baca Juga
Advertisement
Selain mengundang Jokowi, Raja Salman juga mengutus Menteri Urusan Semenanjung Arab, Thamer al-Sabhan ke Azerbaijan untuk menyampaikan undangan serupa.
Saat Raja Salman berkunjung ke Indonesia, ada sekitar 11 nota kesepahaman yang ditandatangani oleh kedua pemerintah.
Tak hanya itu, kunjungan Raja Saudi juga membawa investasi lumayan besar.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, dalam lawatan tersebut ditandatangani investasi perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, di Cilacap, Jawa Tengah yang bernilai US$ 6 miliar.
Selain itu, juga akan ada proyek lain yang nilai investasinya sekitar US$ 1 miliar. Jika ditotal, nilai komitmen investasi Raja Salman di Indonesia sekitar Rp 89 triliun.
Selain itu, Pramono menyebut lawatan Raja Salman merupakan kunjungan yang sangat bersejarah, karena kunjungan Raja Arab Saudi terakhir ke Indonesia terjadi pada tahun 1970 atau 47 tahun yang lalu.
Namun, kekecewaan sempat diutarakan Presiden Jokowi usai melihat nilai investasi Arab Saudi di China.
"Saya sedikit agak kecewa. Investasi yang diberikan Saudi Rp 89 triliun memang besar sekali, saat itu saya kaget. Tapi saya lebih kaget saat beliau ke Tiongkok, ke China, beliau tanda tangan Rp 870 triliun," tutur Jokowi, Kamis, 13 April 2017.
Angka ini memang terpaut jauh, bahkan berbeda hampir 10 kali lipat. Padahal, pemerintah berharap Raja Salman berinvestasi di berbagai sektor yang ada di Indonesia.