Ekspor Melemah, Neraca Dagang April Diprediksi Turun

Indonesia diprediksi akan kembali mendulang surplus neraca perdagangan di April 2017 di bawah US$ 1 miliar.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Mei 2017, 07:45 WIB
Ratusan peti kemas di area JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Secara kumulatif, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Januari-September 2016, nilai ekspor sebesar US$ 104,36 miliar, turun 9,41% (yoy). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia diprediksi akan kembali mendulang surplus neraca perdagangan di April 2017 di bawah US$ 1 miliar. Proyeksi tersebut menyusut dari realisasi surplus di bulan sebelumnya yang sebesar US‎$ 1,23 miliar karena ekspor melemah, sementara impor merangkak naik.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia di April ini sekitar US$ 755,85 juta. ‎"Neraca perdagangan April diperkirakan surplus US$ 755,85 juta," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (15/5/2017).

Josua memproyeksikan, kinerja ekspor di April ini tumbuh 21 persen, sementara pertumbuhan impor diramalkan lebih tinggi sebesar 21,42 persen (year on year/Yoy). Jika dibanding Maret 2017 yang sebesar US$ 1,23 miliar, prediksi neraca dagang di April ini justru merosot signifikan.

"Penurunan surplus perdagangan dipengaruhi laju ekspor yang tumbuh lebih rendah dari laju impor," ujarnya.

Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat dari bulan sebelumnya, diakui Josua, dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti Amerika Serikat (AS), China, dan Jepang.

"Juga karena laju pertumbuhan harga komoditas ekspor, seperti minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan karet alam mengalami perlambatan, kecuali komoditas batu bara," dia menjelaskan.

Sedangkan laju impor, sambungnya, terus meningkat karena adanya kenaikan aktivitas manufaktur Indonesia, di samping peningkatan kegiatan investasi yang mengerek impor pada April ini.

"Kalau untuk impor jelang puasa belum terlalu besar pengaruhnya. Impor bahan pangan untuk mengantisipasi Ramadhan baru terjadi di Mei," tutur Josua.

Dihubungi terpisah, Ekonom Senior PT Bank Mandiri Tbk, Andry Asmoro memprediksi surplus perdagangan Indonesia sebesar US$ 869 juta di bulan keempat ini.

"Ekspor diperkirakan tumbuh 20,4 persen (Yoy) dan impor 20 persen (Yoy), sehingga surplus neraca dagang di April ini US$ 869 juta," ucap dia.

Andry menyebut, saat kinerja ekspor tumbuh ‎stabil, laju impor justru mengalami peningkatan sebagai akibat dari kombinasi antisipasi menjelang puasa dan terjadi peningkatan aktivitas ekonomi, terutama di sisi investasi.

"Ekspor tumbuh solid, tapi impor meningkat karena jelang puasa dan peningkatan aktivitas ekonomi, utamanya investasi," tandasnya. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya