Liputan6.com, Yamoussoukro - Militer Pantai Gading mengatakan, pihaknya telah meluncurkan operasi untuk memulihkan ketertiban setelah tentara yang memberontak menggelar protes selama tiga hari.
Pada 13 Mei, tentara pemberontak turun ke jalan di sejumlah kota karena persoalan upah dan memblokade kota terbesar kedua, Bouake. Mereka mengatakan bersedia berperang jika tentara mengintervensi.
Advertisement
Enam orang terluka saat tentara tersebut melepaskan tembakan ke arah pemrotes pada demonstrasi Sabtu lalu.
Sebuah pernyataan yang dirilis pada 14 Mei waktu setempat, mengumumkan bahwa operasi militer sedang dilakukan. Kepala pasukan bersenjata Jenderal Sekou Toure mengatakan, banyak tentara pemberontak telah mendengarkan seruan sebelumnya agar mereka mundur.
Namun ia mengatakan, sejumlah tentara terus melanggar perintah dan hal tersebut yang menyebabkan operasi itu diluncurkan.
Dikutip dari BBC, Senin (15/5/2017), pada Januari 2017, tentara memaksa pemerintah membayar bonus mereka sekitar US$ 8.000 atau sekitar Rp 106.656.000 per orang untuk mengakhiri pemberontakan. Rencananya, mereka akan menerima pembayaran lebih lanjut pada bulan ini.
Namun ribuan tentara pemberontak merasa tak senang karena mereka tak diajak berkonsultasi pada 11 Mei lalu, yakni saat juru bicara kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka akan membatalkan tuntutan atas sisa uang tersebut.
Pemerintah mengatakan, mereka tidak akan bernegosiasi dengan tentara yang tak puas.
Pemberontakan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran atas kebangkitan kembali kekerasan yang terjadi saat perang sipil selama 10 tahun di Pantai Gading yang berakhir pada 2011.
Banyak tentara pemberontak merupakan eks militan yang bergabung dengan militer setelah konflik berakhir.