Liputan6.com, Vatikan - Saat kampanye Pilpres Amerika Serikat 2016, Donald Trump terlibat "perang kata-kata" dengan siapapun, bahkan dengan Paus Fransiskus.
Namun, meski hubungan keduanya sempat tegang, Gedung Putih mengharapkan Donald Trump bisa bertemu dengan Paus Fransiskus di sela-sela KTT G7 di Sisilia, Italia pada 26-27 Mei 2017.
Advertisement
Pihak Vatikan menyambut baik permintaan itu. Bahkan pada misa mingguan yang digelar pada Minggu 14 Mei 2017, Sri Paus siap menemui Trump. Demikian, seperti dikutip dari The Independent, Senin (15/5/2017)
Bahkan, Paus berkata ia akan tulus menerima Donald Trump -- meski keduanya memiliki pandangan yang bertolak belakang soal imigrasi dan perubahan iklim.
Paus juga berjanji akan tetap membuka pikirannya dan tidak akan menghakimi Trump, sampai ia mendengar sendiri pandangan miliarder nyentrik itu.
"Biarpun seseorang berpikir berbeda, kita harus tulus menghargai pemikiran orang lain itu," kata Fransiskus.
"Beberapa topik mungkin akan dibahas dalam pertemuan kami. Saya akan mengatakan apa yang saya pikirkan, demikian pula dia. Tapi saya tak pernah mau menghakimi tanpa mendengar apa yang orang lain katakan lebih dahulu," lanjut Paus.
Meski demikian, pertemuan paus dan Trump berpotensi berlangsung canggung, mengingat keduanya pernah saling berperang kata-kata. Kala itu Pemimpin Tertinggi Umat Katolik berkomentar tentang program tembok perbatasan Trump.
"Siapapun, siapapun dia, yang ingin membangun tembok bukan jembatan, bukanlah seorang Kristiani," tutur Paus Fransiskus menanggapi pertanyaan awak media tentang sikap anti-imigran Trump beberapa waktu lalu.
Tidak lama, Trump membalas pernyataan tersebut dengan mengatakan, "Bagi seorang pemimpin agama, mempertanyakan keyakinan seseorang adalah tindakan tidak terpuji."
Namun Trump kemudian melunak. Ia mengatakan bahwa Paus salah menerima informasi, tanpa mengetahui dampak obat-obatan terlarang yang masuk ke AS dan serangkaian masalah keamanan yang membuat suami Melania itu merasa harus membangun tembok di sepanjang perbatasan selatan AS.
Tapi Paus Fransiskus bersikeras menunjukkan ketidaksetujuannya atas kebijakan Trump. Ketika berkunjung ke perbatasan AS-Meksiko untuk memimpin sebuah misa terbuka, ia menggambarkan pemulangan paksa para imigran sebagai "sebuah tragedi kemanusiaan."
Keduanya juga bertolak belakang dengan isu perubahan iklim. Trump telah menandatangani sebuah perintah eksekutif yang membongkar undang-undang lingkungan era Obama sementara Fransiskus sangat mendukung pendapat ilmiah bahwa pemanasan global sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia.
Meski begitu, Francis mengatakan bahwa ia bersedia menemukan kesamaan dengan Trump.
"Selalu ada pintu yang tidak tertutup. Kita perlu menemukan pintu yang setidaknya sebagian terbuka, masuk, dan membicarakan hal-hal yang kita miliki bersama dan maju terus, selangkah demi selangkah," kata Paus Fransiskus soal pertemuannya dengan Donald Trump.