Segarnya Es Goyobod yang Melegenda di Garut, Mau Coba?

Saking segarnya Es Goyobod legendaris itu, lebah-lebah pun sampai enggan pergi dari sekitar gerobak.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 15 Mei 2017, 13:04 WIB
Banyaknya versi sejarah soal es Goyobod ini tak mengurangi citra rasanya. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin).

Liputan6.com, Garut - Bicara kuliner enak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, seperti tidak ada habisnya. Sama dengan Bandung yang kreatif menciptakan kudapan lezat di lidah, Garut pun demikian. Salah satunya Es Goyobod.

Minuman asli orang Garut ini memang tidak ada duanya terkait cita rasanya yang khas. Hana Suhana, atau yang biasa dipanggil Hans Goyobod oleh pelanggannya, menuturkan sedikit rahasia citarasa es Goyobodnya yang melegenda itu.

"Sebenarnya tidak ada yang aneh. Namun memang yang khas hanya di sini (Alun-alun Garut)," ujar Hans mengawali pembicaraannya dengan Liputan6.com, Kamis siang, 11 Mei 2017.

Hans menerangkan kuliner yang ia jual hingga kini masih mempertahankan resep lama yang diturunkan dari sang kakek, Abah Aca. "Tidak ada yang berubah, mau ramai, mau sepi kualitas rasa harus tetap dijaga. Jangan sekali-kali diubah," ujar dia sambil berbagi tips mempertahankan kualitas es yang ia jual.

Penjagaan citarasa Es Goyobod yang melegenda itu menjadi modal yang tidak terbantahkan agar tetap eksis hingga kini. Bahkan, cita rasanya yang khas sampai membuat gerobak dagangannya dikerumuni kawanan lebah.

"Sejak 2010 lalu, ada lebah yang datang saat jualan buka, mungkin hoki," ujar Hans menambahkan sambil tersenyum.

Puluhan lebah saat jualan buka memang selalu menyelimuti gerobaknya. Menu gula tebu asli yang tanpa campuran diprediksi menjadi magnet bagi lebah-lebah itu untuk datang.

"Saya bilangnya (lebah itu) karyawan baru, sebab datang pas buka dan pas tutup mereka pun hilang dengan sendirinya," ujar dia sambil tersenyum.

Saat ditanya apa resep utamanya agar citarasanya tetap terjaga, Hans mengatakan, terletak pada bahan tepung aren yang digunakan. Suatu kali, ia pernah mencoba mengganti bahan bakunya, hasilnya gagal membuat Es Goyobod punya rasa seperti aslinya.

"Adonan malah pecah dan rasa berubah," katanya.


Jeli Kenyal Jadi Ciri Khas

Es Goyobod milik Hans ini punya pelanggan setia. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin).

Dengan kualitas mumpuni, es berbahan dasar tepung aren itu milik Hans ini tetap terjaga hingga kini. Sudah banyak pejabat, pesohor, artis, dan turis asing 'nongkrong' di warungnya itu.

"Paling sering dari Cina, tapi ada juga dari Eropa, seperti Belanda," kata dia.

Tak cuma warga asin,. Es Goyobod ini juga punya 'fans' lokal. Yayat Hidayat misalnya. Kakek 78 tahun itu hingga kini masih menjadi konsumen setia Es Goyobod.

"Saya dari tahun 1950-an sudah jajan di kakeknya dia (Abah Aca)," ujar pensiunan tentara ini.

Rasanya yang tidak berubah selalu mengingatkan Yayat akan Kota Garut saat dulu masih aktif di militer, terutama ketika tengah tugas di luar kota. "Kangen saja kalau lagi tugas di luar kapan balik ke Garut mau jajan Goyobod," ujar dia.

Yayat mengakui ada beberapa daerah yang ia singgahi saat bertugas dan menemukan es serupa. Namun, cita rasa Es Goyobod alun-alun Garut ini selalu melekat di hati dan tidak ada bandingannya.

"Tidak tahu apa ya bedanya, enak saja yang ini. Beda dengan yang lain, khas lah," ujar dia sambil menyeruput minum Es Goyobod yang dipesan.

Secara kasat mata, bentuk dan warna es Goyobod sekilas tidak ada yang istimewa. Isinya hampir sama dengan es campur lainnya, dengan menu utama beberapa potongan buah segar yang ditaburi satu atau dua sendok gula aren dan santan kelapa berwarna putih.

Namun, Es Goyobod Alun-alun Garut ini punya ciri khas. Satu porsi yang disajikan dalam gelas minuman ukuran sedang, pedagang biasanya mencampurkan potongan sejenis jeli kenyal layaknya cendol atau puding yang dihasilkan dari bahan dasar tepung aren tadi. Saat berada di lidah, teksturnya yang dikenal kenyal namun lembut saat digigit.

Kemudian, adonan itu dipadukan dengan potongan alpukat, serutan kecil kelapa, potongan kecil roti tawar dan serutan es yang dilumuri kucuran susu kental manis di atasnya sebagai topping. Dengan campuran tepat, Es Goyobod sangat cocok menjadi menu andalan anda di siang hari yang terik.

"Orang bilang bedanya Goyobod Alun-alun Garut dengan yang lain itu karena bahan dasarnya dari tepung aren hingga kenyal," ujar Hans.

Harganya yang hanya Rp 5.000 per porsi cukup terjangkau isi kantong warga. Tidak mengherankan dalam satu harinya, ratusan porsi gelas Es Goyobod di tiap gerobak penjual, selalu ludes diburu pembeli sebelum petang menjemput.

"Murah meriah harga mantap. Saya sendiri kalau lagi sepi masih bisa (menjual) sekitar 150 gelas, beda lagi kalau weekend, bisa dua kali lipat," ungkap dia.


Es Goyobod dan Bandung Lautan Api

Meski mirip dengan es campur lain, namun citra rasa es Goyobod tak ada duanya karena punya bahan baku yang berbeda. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin).

Secara harfiah memang tidak ada kamus baku mengenai arti kata 'Goyobod'. Namun dalam istilah lidah tatar Sunda, terutama Garut, 'Goyobod' berarti basah kuyup atau minuman yang memiliki banyak santan dengan rasa manis legit.

"Dan memang pedagangnya pun seperti saya pasti bajunya kuyup (basah)," ujar dia tersenyum sambil menunjukkan bajunya yang basah karena cipratan es.

Perjalanan jajanan minuman khas Garut ini memang banyak versi. Ada yang bilang dimulai dari Jakarta oleh penjual yang bernama Junaedi sekitar 1930-an saat Batavia belum seramai sekarang.

Namun, usaha itu tidak berlangsung lama hingga akhirnya pindah ke Bandung dan berkembang pesat pada tahun 1940-an. Perjalanan itu akhirnya berhenti saat meletus peristiwa Bandung Lautan Api.

Cerita yang disampaikan Hans kali ini memiliki sedikit kemiripan dengan cerita yang beredar di dunia maya. Dia menuturkan, usaha yang ia jalani saat ini merupakan kelanjutan dari usaha rintisan yang dilakukan Abah Aca, sang kakek berusia 102 tahun. Abah Aca baru meninggal sekitar setengah tahun yang lalu.

Saat itu sekitar 1943, Abah Aca merantau ke Bandung dan merintis membuat es Goyobod buah racikan tangannya sendiri. Sayang usahanya yang laris manis harus berhenti karena peristiwa Bandung Lautan Api membara. Abah Aca akhirnya kembali mengungsi ke Garut, kota kelahirannya.

Di kota seribu kuliner inilah, Abah Aca melanjutkan usahanya yang dibantu Ujang Rustandi, anaknya. Usahanya itu terus berlanjut hingga generasi ketiga sampai saat ini.

"Pokoknya kalau abah menceritakan awal mula usaha beliau, bareng sama Abah Ahri pendiri Soto Ahri yang terkenal itu tahun 1943," kata dia mengingat riwayat usahanya yang diceritakan dari sang kakek.

Kini dengan lokasi jualan yang tidak berubah di bilangan Alun-alun Masjid Agung Garut, Jawa Barat, usaha rintisan keluarga tujuh dekade ini pun terus berkembang sampai sekarang. Sudah tak terhitung lagi berapa juta pengunjung yang telah merasakan lezatnya minuman khas yang satu ini.

Karena itu, bagi anda yang sedang liburan di Kota Garut atau sebatas melintas di wilayah Jawa Barat selatan siang ini, tak salah rasanya bila anda mampir kawasan Garut kota dan mencicipi segarnya Es Goyobod.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya