Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) secara teratur memeriksa sistem supaya perdagangan saham berjalan baik ini berkaitan dengan serangan siber ransomware WannaCry. Pemeriksaan dilakukan saat ada, maupun tidak ada ancaman pada sistem perdagangan.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menyampaikan hal itu saat menanggapi isu berkembangnya ransomware WannaCry.
"Ada atau tidak ada virus WannaCry Bursa itu setiap jam 7 pagi sudah buka periksa setiap hari. Jam 7 pagi setiap hari rutin," kata dia, Jakarta, Senin (15/5/2017).
Dia juga menerangkan, sistem perdagangan BEI tidak menggunakan Windows. Dia berharap, perdagangan saham di BEI tak mengalami gangguan.
Baca Juga
Advertisement
"Yang kedua, kami tidak Windows itu yang paling penting. Itu ada atau tidak ada InsyaAllah ya, moga-moga tidak mendahului Tuhan. InsyaAllah kami jagalah. Saya juga langsung lihat. Moga-moga di Bursa sih aman," ujar dia.
Tito bilang, BEI menerapkan sistem berlapis pada perdagangan saham. Jadi, tidak hanya pada sistemnya melainkan juga transaksi perdagangan saham.
"Jam 7 pagi setiap hari kalau lu (kamu) lihat sudah kerja buka, periksa dulu, terus setiap transaksi per broker diperiksa detil selalu itu sih. Berlapis keamanannya. Walaupun saya juga deg-degan," ujar dia.
Sebelumnya serangan ransomware WannaCry menghebohkan dunia, sekitar 99 negara terkena dampak serangan malware ganas tersebut, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, berdasarkan laporan yang diterima oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), serangan ditujukan ke Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel A. Pangerapan mengatakan bahwa serangan siber ini bersifat tersebar dan masif serta menyerang critical resource (sumber daya sangat penting), maka serangan ini bisa dikategorikan sebagai teroris siber.
Lalu, apa itu WannaCry dan bagaimana cara kerjanya? WannaCry (wcry) atau juga dikenal sebagai Wanna Decryptor adalah program ransomware spesifik yang mengunci semua data pada sistem komputer dan membiarkan korban hanya memiliki dua file: instruksi tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya dan program Wanna Decryptor itu sendiri.
Saat program itu dibuka, komputer akan memberitahukan kepada korban bahwa file mereka telah di-encryted, dan memberikan mereka tenggat waktu untuk membayar, dengan memperingatkan bahwa file mereka akan dihapus.
Pelaku serangan menuntut pembayaran Bitcoin, memberikan petunjuk bagaimana cara membelinya, dan memberikan alamat Bitcoin untuk dikirim.