Uji Coba Rudal Korut Dorong Penguatan Rupiah

Dari pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.313 per dolar AS hingga 13.327 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Mei 2017, 13:34 WIB
Dari pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.313 per dolar AS hingga 13.327 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Uji coba rudal Korea Utara (Korut) dan pelemahan data ekonomi AS mendorong pelemahan dolar AS. 

Mengutip Reuters, Senin (15/5/2017) rupiah dibuka di angka 13.327 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang ada di angka 13.330 per dolar AS. Dari pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.313 per dolar AS hingga 13.327 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.319 per dolar AS. Patokan pada hari ini menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.340 per dolar AS.

Di awal pekan ini, dolar AS memang melemah di Asia karena adanya uji coba rudal oleh Korea Utara pada akhir pekan lalu.

Korea Utara melakukan uji coba rudal dari bagian barat laut negara itu pada Minggu pagi waktu setempat. Hal tersebut disampaikan oleh kepala staf gabungan Korea Selatan.

Rudal tersebut diluncurkan di dekat kota Kusong, dan berhasil terbang sejauh 700 kilometer. Kabar terkait uji coba rudal Korut ini pun dikonfirmasi oleh seorang pejabat pertahanan Amerika Serikat, namun yang bersangkutan mengatakan pihaknya masih mencermati jenis rudal.

Selain itu, data ekonomi AS yang tak sesuai harapan juga mendorong pelemahan rupiah. "Data lebih lemah dari yang diperkirakan. Dolar AS tertekan," jelas kepala analis valuta asing Daiwa Securities Mitsuo Imaizumi.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah yang sempat tertekan, mulai diuntungkan oleh kembalinya pelemahan dolar AS di pasar Asia Jumat lalu.

"Rupiah diperkirakan masih menikmati penguatan dengan dolar AS yang masih lemah dan komoditas yang berhenti turun," tutur dia. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya