Antisipasi BRI terhadap Serangan Ransomware WannaCry

Teror Ransomware WannaCry kini telah menyebar di 150 negara di dunia, termasuk Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Mei 2017, 15:38 WIB
Teror Ransomware WannaCry kini telah menyebar di 150 negara di dunia, termasuk Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) telah mengambil langkah-langkah khusus untuk meningkatkan keamanan di Data Center. Peningkatan keamanan tersebut terkait adanya serangan virus Ransomware WannaCry di seluruh dunia.

Corporate Secretary BRI Hari Siaga Amijarso menjelaskan,  kantor pusat BRI telah menyebarkan informasi melalui grup pesan singkat dan surat elektronik ke seluruh pekerja BRI terkait langkah pencegahan terhadap virus Ransomware WannaCry

"BRI juga telah memasang agent diserver-server yang bersentuhan langsung dengan internet. Fungsinya adalah sebagai host intrussion detection system (IDS) yang mengidentifikasi sedini mungkin kegiatan atau indikasi serangan, perubahan konfigurasi, pengambilalihan hak akses previllage user," jelas dia, Senin (15/5/2017).

Hari melanjutkan BRI terus melakukan monitor dengan ketat traffic mencurigakan yg masuk ke data center via DMZ, melalui sistem monitoring tools. BRI juga memonitor dengan ketat traffic yg masuk ke DC dari internal network melalui perangkat IPS (Intrution Prevention Systems), yang secara otomatis mem-block traffic yang mengandung virus.

Saat ini, BRI tengah mempelajari patch yg sudah di-realese oleh Microsoft untuk menangani Ransomware WannaCry. Baik untuk server maupun endpoint. Bila sudah dianalisa dampak akan segera dikeluarkan ke server yang dimiliki oleh BRI dan disebarkan ke Unit Kerja Operasional (UKO).

"Kami juga melakukan pengujian penetration test aplikasi kritikal, seperti aplikasi mobile dan internet, dengan memanfaatkan pihak ketiga yang independen," tambah dia. 

Di luar itu, Kantor Pusat BRI juga meminta para pemimpin unit kerja memastikan bahwa setiap unit kerja binaan masing-masing, pekerja pengguna PC atau Notebook melaksanakan langkah pencegahan dan pengamanan sebagaimana yang diberikan oleh Kantor Pusat.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta semua perusahaan di industri jasa keuangan melakukan langkah antisipatif untuk memastikan keamanan infrastruktur Teknologi Informasi (TI) dan layanan sistem informasinya dalam keadaan aman.

Ini sehubungan dengan serangan masif Ransomware WannaCry di beberapa negara termasuk Indonesia.

"OJK sudah dan terus berkoordinasi dengan industri keuangan. Saat ini sedang dilakukan inventarisasi oleh semua lembaga jasa keuangan terkait apakah ada layanan keuangan yang terganggu. Hingga saat ini belum ada laporan adanya layanan yang terganggu," kata Kepala Departemen Komunikasi dan Internasional OJK Triyono di Jakarta, Senin (15/5/2017).

"Sampai saat ini juga belum ada laporan mengenai jaringan Teknologi Informasi OJK yang terinfeksi virus ini," dia menambahkan.

Teror Ransomware WannaCry kini telah menyebar di 150 negara di dunia, termasuk Indonesia. Setidaknya, 200 ribu pengguna komputer sudah menjadi korban dan angka ini dilaporkan terus meningkat hingga Minggu kemarin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya