Liputan6.com, Jakarta Karier kepelatihan Pep Guardiola usai cabut dari Barcelona memang bak roller coaster. Kadang, dia bisa sukses, dan tak jarang pula harus mengalami kesulitan, seperti di Manchester City saat ini.
Jalan satu-satunya untuk kembalikan sihirnya adalah kembali ke Barcelona. Hal ini sangat mungkin, apalagi posisi pelatih bakal kosong setelah Luis Enrique menyatakan tak memperpanjang kontraknya di Catalunya pada akhir musim nanti.
Baca Juga
Advertisement
Pelatih bernama lengkap Josep "Pep" Guardiola Sala itu memang menjadi yang tersukses di sana. Dia memimpin klub Catalunya dengan 13 trofi selama empat tahun.
Dia memang sukses bersama Bayern Muenchen di Bundesliga, tapi tak jua mampu mencapai final Liga Champions. Kini bahkan di Man City, Guardiola malah gagal di 16-besar, plus hanya mampu bersaing untuk empat besar Liga Inggris.
Barcelona bisa jadi tempat yang tepat untuk kembalikan sihir Guardiola. Mengapa? Berikut ada lima alasan di balik itu dikutip dari Sportskeeda:
5. Guardiola Kurang Dihargai di Tempat Lain
Bersama City, Guardiola memang beberapa kali membuat keputusan sensasional. Dia berani mengusir Joe Hart ke Italia. Kemudian, lebih memilih Gabriel Jesus dari Sergio Aguero yang sebenarnya sudah terbukti dalam beberapa musim terakhir.
Bila ditilik secara mendalam, Guardiola sebenarnya seorang pelatih yang tahu apa yang diinginkan dan cocok untuk timnya. Hasil sebenarnya sedikit membuktikan, Gabriel Jesus sempat curi perhatian dengan gol-golnya, tapi tetap itu tak dapat apresiasi dari suporternya.
Bahkan di Bayern, cerita tentang kesuksesannya sering kali disertai latar belakang masalah ruang ganti yang diciptakan oleh media. Untuk benar-benar merasa dicintai lagi, Guardiola harus kembali ke Barcelona. Tidak ada stadion di belahan dunia manapun yang akan memiliki banyak cinta untuk Guardiola selain Camp Nou.
4. Messi dan Neymar
Bukan rahasia lagi betapa dekatnya hubungan Guardiola dengan Messi. La Pulga pasti akan menjadi yang terbaik dalam permainan di bawah manajer manapun, tapi pendidikan taktik Guardiola membantu Messi menemukan dirinya yang lebih dewasa dalam bermain.
Di tempat lain, Neymar sedang mencoba mengangkat namanya ke dominasi Messi-Ronaldo. Dengan Suarez, Ronaldo dan Messi yang memasuki usia tiga puluhan, kini saatnya Neymar melangkah dan menetapkan statusnya sebagai pemain top untuk Barcelona dan di dunia.
Guardiola sendiri merupakan sosok yang membawa Neymar ke Eropa. Neymar mungkin saja bisa dipoles sehebat Messi bersama Guardiola.
Dengan kualitasnya, Neymar belum menjadi mesin gol seperti Messi atau Ronaldo. Guardiola akan menjadi manajer yang sempurna untuk menyingkirkan kekurangannya itu.
3. Guardiola Tahu Barcelona Secara Mendalam
Bagi Real Madrid, proses mendatangkan pelatih seringkali sangat sederhana. Pergi, dapatkan manajer terbaik yang ada di dunia, selesai. Tapi bagi Barcelona, hal-hal sedikit lebih rumit. Contoh saja Gerardo Martino yang menemukan jalan sulit, hal-hal yang tidak mudah di Catalonia, andai Anda bukan bagian dari sejarah klub.
Barcelona sering mencari manajer yang mengenal klub luar dalam. Inilah alasan Ronald Koeman dari Everton terus dikaitkan untuk isi jabatan yang akan kosong pada akhir musim nanti. Tentu, mereka bisa menyewa Jorge Sampaoli, tapi itu tidak akan menjadi keputusan yang bisa dibilang tepat.
Guardiola bergabung dengan La Masia pada usia 13 tahun, lalu naik ke tim utama dan bermain di sana sampai usia 30. Dia menjadi kapten Barcelona selama empat tahun sebelum pergi. Jelas, kalau Guardiola merupakan sosok yang nyaris seluruh hidupnya diabdikan untuk El Barca.
2. Pep Butuh Pemain yang Sesuai dengan Gayanya
Bila bicara soal Guardiola, pasti akan dikaitkan tentang tiki-taka, mendominasi permainan dan menekan lawan. Tapi gaya seperti itu pasti membutuhkan pemain tepat untuk melakukannya. Di Barcelona, Guardiola memiliki bakat yang mengalir dari tingkat akademi.
Dia bisa dimanjakan untuk pilihan pemain. Maka itu belakangan Guardiola dikabarkan sangat bernafsu mendatangkan Alexis Sanchez untuk City.
Saat ini faktanya di City dia tak punya banyak pilihan untuk bisa menahan bola lebih tenang. Mungkin hanya David Silva dan Kevin de Bruyne saja. Sisanya? Sangat sulit karena rata-rata pemain City bertipikal kick and rush.
1. Guardiola Bakal Bangkitkan Lagi Sepak Bola Spanyol
Ada fakta menarik di balik karier Guardiola. Sebab, dua pemenang Piala Dunia terakhir berasal dari negara-negara yang klub topnya dikelola oleh Guardiola. Inggris tidak akan bisa memenangkan Piala Dunia dalam waktu dekat, tentu saja, tapi budaya sepak bola yang dibawa Guardiola tidak boleh diabaikan.
Raheem Sterling adalah contoh bagus dari pemain muda yang perlahan bersinar setelah melempem sebelumnya. Tapi diyakini, tangan dingin Guardiola bakal memoles Sterling lebih istimewa.
Andai kembali ke Barcelona, jelas itu kabar gembira untuk La Masia. Di bawah Guardiola, Barcelona bisa kembali memamerkan kembali hasil-hasil dari akademinya yang belakangan ini tak berbunyi nyaring.
Jelas, muara dari itu semua adalah timnas Spanyol. Kembalinya Guardiola ke Spanyol mungkin bagus buat Spanyol yang bakal memanggil pemain-pemain potensial lain dari La Masia di masa depan. (I. Eka Setiawan)