Kelompok HAM Pakistan Suarakan Perjuangkan Hak Wanita di Hari Perempuan Internasional

Kelompok Hak Asasi Manusia Pakistan (HRFP) menyelenggarakan acara bertema 'Inspire Inklusi' yang didukung oleh PBB.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 11 Mar 2024, 21:19 WIB
Ilustrasi Hak Asasi Manusia (HAM). (Gambar oleh kalhh dari Pixabay)

Liputan6.com, Faisalabad - Kelompok Hak Asasi Manusia Pakistan (HRFP) menyelenggarakan acara bertema 'Inspire Inklusi' yang didukung oleh PBB.

Acara ini juga diikuti oleh para pekerja rumah tangga dan bertepatan pada Hari Perempuan Internasional tanggal 8 Meret 2024.

Acara ini berlangsung di Faisalabad dengan tujuan mengatasi tantangan dalam memastikan terwujudnya hak masyarakat dan kehidupan yang lebih inklusif.

“HRFP menyoroti kesulitan pekerja rumah tangga yang hanya bisa diatasi dengan solusi, melalui pemberdayaan perempuan, investasi pada perempuan, kesetaraan perempuan dan partisipasi perempuan,” kata kelompok HRPF dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman ANI, Minggu (10/3/2024).

Inklusi perempuan dapat menjadi cara yang lebih baik menuju dunia yang lebih aman, sehat, dan setara dalam segala aspek, serta mencapai 17 SDGs dan Agenda 2030, tambah HRFP.

Naveed Walter, presiden Human Rights Focus Pakistan (HRFP), mengatakan bahwa pekerja rumah tangga, khususnya pembantu rumah tangga, adalah sasaran empuk pelecehan fisik, seksual, psikologis, dan verbal di Pakistan.

“Cerita-cerita diskriminasi pembantu rumah tangga muncul setiap hari. Pembantu rumah tangga adalah sasaran pelecehan yang paling mudah, seperti yang terlihat dalam insiden baru-baru ini terhadap Rizwana berusia 14 tahun yang bekerja di rumah hakim sipil di Islamabad,” ujarnya.

Narasumber acara HRFP, James Lal, mengatakan bahwa para pekerja rumah tangga dan pembantu rumah tangga yang tergabung dalam komunitas Kristen yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk menghidupi keluarga mereka.

Tetapi malah menghadapi berbagai pelanggaran baik sebagai gadis di bawah umur maupun sebagai orang Kristen.

Pihak HRFP juga menyampaikan bahwa jika seseorang menjadi korban, mereka dapat menghubungi sejumlah pihak dan tak boleh tinggal diam.


Pekerja Wanita di Pakistan Akan Berdemo Tuntut Keadilan

Ribuan perempuan di Pakistan berunjukrasa menentang kekerasan terhadap kaumnya (AFP/Arif Ali)

Sebelumnya, sebuah kelompok pekerja perempuan akan melakukan aksi protes pada tanggal (8/4/2024) untuk memperingati Hari Perempuan Internasional. Rencana ini disampaikan oleh aktivis hak asasi manusia.

Berbicara pada konferensi pers di Karachi Press Club (KPC), mereka mengutuk berbagai insiden yang meresahkan dan memalukan baru-baru ini terhadap perempuan.

Mereka menuntut agar unsur anti-perempuan dan ekstremis yang terlibat dalam insiden tersebut segera ditangkap, dikutip dari laman Dawn.com, Rabu (6/4)

Mereka juga mengutuk keras pembunuhan brutal terhadap intelektual dan guru terkenal Hidayat Lohar dan menuntut penangkapan serta hukuman terhadap orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Mengenai unjuk rasa tersebut, mereka mengatakan akan memulainya dari KPC Chowk dan berakhir di Dewan KesenianPakistan Karachi.

Rinciannya, para pemimpin perempuan terkemuka yang tergabung dalam gerakan perlawanan akan berbicara pada kesempatan tersebut, menyanyikan lagu-lagu revolusioner dan akan menyampaikan berbagai hak-hak perempuan dan perjuangan mereka.


Tak hanya Dihadiri Pekerja Perempuan

Seorang buruh perempuan Pakistan menggendong bayinya dan bergabung dalam unjuk rasa May Day, yang menandai Hari Buruh Internasional di Lahore, Pakistan, Senin, 1 Mei 2023. Para peserta unjuk rasa menuntut penerapan undang-undang ketenagakerjaan dan kenaikan upah mereka. (AP Photo/K.M. Chaudary)

Aksi ini juga akan dihadiri oleh ribuan pekerja, buruh, nelayan, petugas kesehatan, transgender, jurnalis, guru serta perempuan yang berjuang melawan penghilangan paksa dan pembunuhan tragis.

Berbicara pada konferensi pers di KPC, Zehra Khan dari Federasi Pekerja Perempuan Rumahan mengatakan: “Pada Hari Perempuan Internasional, fokus dan slogan utama perjuangan kami adalah ‘Perlawanan Perempuan: Demi Kebebasan Demokratis, Otonomi Ekonomi dan Jaminan Sosial’.

“Kami, para perempuan pekerja, perempuan yang menentang, yang merupakan setengah dari populasi, akan menegaskan kembali pada hari ini bahwa perjuangan tanpa henti kami akan terus berlanjut melawan menyusutnya kebebasan demokratis, meningkatnya ketidakberdayaan ekonomi, dan penurunan sosial yang dipaksakan. Peran perlawanan perempuan dalam perjuangan yang sedang berlangsung kini muncul sebagai sebuah harapan bagi masyarakat.”

Infografis Adu Kekuatan Tempur Pakistan Vs India. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya