Liputan6.com, New York - Serangan ransomware WannaCry mampu membuat geger masyarakat global dengan menginfeksi lebih dari 300 ribu komputer di seluruh dunia. Namun meski serangan virus ini tergolong masif, untung yang didapat hacker di balik virus ini tidaklah besar.
Hacker meminta tebusan bagi pemilik komputer yang terjangkit virus ini berupa bitcoin senilai US$ 600 atau Rp 7,9 juta (kurs US$ 1: Rp 13.304).
Dilansir dari ABC.net.au, Selasa (16/5/2017), hingga sejauh ini hacker ransomware WannaCry disinyalir menerima uang sebanyak US$ 55.169 atau setara Rp 733 juta.
Baca Juga
Advertisement
Jumlah orang yang membayar uang tebusan dari serangan siber ini juga dinilai sedikit. Para analis mengungkap, hanya 209 orang seluruh dunia yang bersedia membayar uang tebusan yang diminta.
Para ahli di Kaspersky Lab telah menganalisis data dan memastikan setidaknya 45 ribu upaya infeksi di 74 negara. Rusia merupakan negara yang paling banyak menjadi sasaran serangan.
Ransomware WannaCry akan menginfeksi korban dengan memanfaatkan kerentanan Microsoft Windows.
Pesan yang keluar di layar komputer yang terjangkit menyebutkan cara membayar tebusan, dan mulai menghitung mundur sampai jatuh tempo. Korban memiliki waktu 3 hari untuk membayar. Jika lewat, maka uang tebusannya berlipat ganda.
Di Indonesia, ransomware WannaCry sukses menginfeksi 60 komputer dari total 600 komputer yang ada di RS Kanker Dharmais Jakarta pada Sabtu, 13 Mei 2017. Meski sempat mengganggu, sistem pelayanan di rumah sakit tersebut tetap berlangsung.