Liputan6.com, Jakarta Orangtua dari anak yang menderita alergi biasanya cenderung otoriter terhadap buah hatinya. Ini karena banyak pantangan yang harus dijalani si kecil. Tak heran bila anak kerap tidak boleh ini, tidak boleh itu, sehingga aktivitas anak terbatas dan berakhir diam di rumah saja. Padahal, hal ini membuat anak jadi tidak mendapatkan banyak rangsangan untuk mengembangkan kecerdasannya.
"Orangtua dari anak alergi memberikan banyak larangan. Selain karena tidak mau anaknya sakit, juga karena enggak mau repot. Kalau anak sakit kan repot mereka," kata psikolog Rose Mini Agoes Salim.
Advertisement
Namun, psikolog yang akrab disapa Bunda Romi ini menuturkan, sebaiknya orangtua tidak terlalu ketat dalam mendidik anak yang menderita alergi. Batasi pada pemicu alergi saja, tapi biarkan mereka mendapat beragam stimulus lain.
"Kalau stimulasi terbatas anak jadi takut mau ngapa-ngapain. Prestasi belajar juga bisa menurun,"kata Bunda Romi pada acara Platinum Kids Olympic dari Morinaga di Jakarta ditulis Selasa (16/5/2017).
Stimulus yang diberikan pun sebaiknya beragam untuk mengembangkan kecerdasannya. Baik kecerdasan logika matematika, kinestetik, musik, visual spasial, intrapersonal, kecerdasan moral, naturalis.
"Ya tugas orangtua itu memberikan stimulus untuk mengembangkan kecerdasan pada anak yang Tuhan kasih," ujar Bunda Romi lagi. Bila orangtua menerapkan hal ini, anak alergi pun bisa berkembang optimal sama seperti anak lainnya.