Tak Ada Minahasa Merdeka, NKRI Harga Mati

Kapolda Sulut Irjen Bambang Waskito memastikan tidak ada gerakan makar di Minahasa. NKRI harga mati.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 16 Mei 2017, 15:32 WIB
Tidak ada gerakan makar di Minahasa. NKRI harga mati. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun).

Liputan6.com, Manado - Berkembangnya isu Minahasa Merdeka di media sosial dan media massa ditanggapi pemerintah dan aparat kepolisian di Sulawesi Utara. Kapolda Sulut Irjen Bambang Waskito memastikan tidak ada gerakan makar di Minahasa.

"Tidak ada makar. Tidak ada satu pun. Saya sudah perintahkan katim-katim, tidak ada makar ya," ujar Waskito saat memimpin pengamanan aksi unjuk rasa di kantor Gubernur Sulut, Manado, Senin, 15 Mei 2017.

Jenderal bintang dua ini mengatakan para pendemo di kantor Gubernur Sulut itu hanya menyampaikan klarifikasi masalah kehadiran Fahri Hamzah di Manado serta beberapa kasus atau masalah. Para pendemo menyampaikan semuanya kepada Gubernur Sulut Olly Dondokambey.

"Tapi tadi sudah disampaikan, tolong masalah makar tidak ada, tidak ada sama sekali," ujar Bambang.

Dia menambahkan, para pendemo menyatakan mereka cinta NKRI. Hal itu terlihat dalam orasinya yang selalu meneriakkan NKRI. Karena itu, diharapkan NKRI di tanah Minahasa harus terus dipertahankan.

"Itulah yang saya harapkan. Saya bilang sekarang ini seluruh Indonesia lagi menyatakan bagaimana NKRI kita pertahankan. Jangan justru di sini malah memecah gitu loh. Jadi tidak ada satu pun kata-kata makar di sini," ujar mantan Kapolda Jawa Barat ini.

Sebelumnya, Kapolresta Manado Kombes Hisar Siallagan mengatakan tidak menemukan adanya indikasi makar atau permintaan referendum Negara Minahasa Raya pada saat aksi unjuk rasa berlangsung. Dari pantauan  anggotanya, para pendemo malah menyanyikan lagu-lagu kebangsaan Indonesia.

"Kami tidak menemukan adanya seruan-seruan untuk memisahkan diri dari NKRI. Malah mereka menguatkan pemerintah agar lebih tegas dalam menindak kelompok-kelompok radikal yang intoleran maupun anti-Pancasila," ucap Hisar.

Tidak ada gerakan makar di Minahasa. NKRI harga mati. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun).

Diketahui, setelah unjuk rasa menolak kedatangan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah pada Sabtu pekan lalu, aksi demo tolak radikalisme kembali berlangsung di depan kantor Gubernur Sulut, Senin, 15 Mei 2017.

Di sela aksi itu, terjadi pertemuan antara Kapolda Irjen Bambang Waskito bersama Gubernur Sulut Olly Dondokambey didampingi Wagub Steven Kandouw dan perwakilan sembilan Aliansi Organisasi Masyarakat Adat Minahasa.

Dalam pertemuan itu, sejumlah perwakilan ormas menyatakan komitmen mereka terhadap NKRI. Sementara Olly juga menanggapinya dengan menyatakan aksi demo itu sebagai ekspresi terhadap berbagai persoalan yang tengah dihadapi bangsa.

"Saya kira itu bagus bagi kita, karena sikap masyarakat Sulawesi Utara mengimplementasikan kegundahan mereka yang selama ini terjadi. Terutama dalam persoalan hukum, intoleransi serta dalam keberagaman, mereka merasa terganggu. Jadi, sikap itu yang mereka munculkan dalam aksi demo," kata Olly.

Dalam aksi unjuk rasa damai yang berlangsung, para pendemo intinya menyuarakan NKRI harga mati, menolak radikalisme dan mendukung penuh kepemimpinan Gubernur Olly Dondokambey dan Wagub Steven Kandouw.

Tak ada indikasi makar dalam aksi yang dipimpin oleh Joudy 'Apiah' Wagey, Denny Lolong, Franklin Sinjal, Boy Tumiwa, Roy Tangkudung, dan sejumlah aktivis lainnya itu.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya