Beda Khotbah Jumat di Desa dan Kota Menurut Sekjen PBNU

Dia menyebut ada 10 juta WNI yang terpapar paham yang bertentangan dengan Pancasila, bahkan dianggap setuju dengan gerakan seperti ISIS.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 16 Mei 2017, 18:36 WIB
Sekretaris Jenderal PBNU Helmi Faisal Zaini.

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal PBNU Helmi Faisal Zaini mengatakan, penyebaran paham-paham yang mengganggu Pancasila bisa dipetakan. Dia menyebut ada 10 juta WNI yang terpapar paham yang bertentangan dengan Pancasila, bahkan dianggap setuju dengan gerakan seperti ISIS.

Paham seperti ini, lanjut dia, memiliki pola tersendiri dalam menyampaikan atau merekrut anggota baru. Mereka justru menyasar ke masyarakat di perkotaan, bukan di pedesaan.

"Kita bisa membandingkan khotbah-khotbah Jumat di perkampungan, tidak ada yang mengajak, katakanlah dengan nada keras. Semua mengajak persatuan dan kesatuan. Kalau di perkotaan, bahkan di masjid-masjid pemerintah, masjid BUMN, itu justru khotibnya keras-keras itu," kata Helmi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (16/5/2017).

Hal ini pula yang disampaikan Helmi kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam pertemuan dengan tokoh lintas agama lainnya. Menurut dia, gerakan-gerakan ini harus mendapat penanganan dan terapi khusus.

Sebut saja Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Menurut mantan Menteri Pembangunan Desa dan Daerah Tertinggal ini, gerakan HTI berpotensi menimbulkan kekerasan dan memecah belah umat.

Inilah yang justru ingin diubah HTI. Mereka justru mempertanyakan mengapa tidak sistem khilafah saja yang digunakan di Indonesia. Padahal, kondisi ekonomi saat ini merupakan perjalanan panjang negara yang harus ditangani bersama.

"Kalau sudah begitu, sedikit lagi kan sudah tinggal menganggap halal darahnya bagi orang-orang yang tidak sepaham. Ini jelas sekali," pungkas Helmi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya