Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 70 persen konsumen di Indonesia disebut membeli kendaraan roda dua dengan cara kredit. Melalui kredit, maka masyarakat menganggap mudah membeli apa pun.
Hanya saja, tak sedikit orang yang melakukan pembelian secara kredit kerap bermasalah, termasuk kredit macet. Hal tersebut disebabkan salah dalam mengatur keuangan.
Menanggapi hal tersebut, Head of Corporate Communication FIFGroup Arif Reza Fahlepi, ikut angkat bicara. Menurut dia, untuk konsumen yang ingin membeli sepeda motor dengan cara kredit, paling tidak harus mengalokasikan 1/3 dari gaji atau total penghasilan per bulan.
Baca Juga
Advertisement
"Itu yang dibilang standar minimal dari kita (FIFGroup). Jadi itu yang kita sarankan. Misalkan, gaji Rp 5 juta. Nah 1/3 nya itu, karena pasti yang lain juga ada pengeluaran," ungkap Reza saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (16/5/2017).
Reza juga mengungkapkan, selain membagi penghasilan, maka costumer harus memperhatikan pengeluaran untuk uang muka atau down payment (DP).
"Kalau bisa DP di atas 20 persen, tapi tidak 50 persen. Setelah itu lihat angsurannya. Jangan pendapatan kita Rp 5 juta, terus tenor setahun. Itu juga enggak logis, bahkan jadi beban buat kita. Makanya kita harus tahu juga tenornya berapa tahun. Kita perusahaan pembiayaan ini juga tidak mau membebani konsumen. Kita ingin lancar," katanya.
Reza mengatakan setiap leasing ingin memberikan solusi pembiayaan, sehingga costumer dapat membayar angsuran tanpa membebani costumer tersebut.
Dia menyarankan agar setiap konsumen tidak menganggap enteng dalam pembelian kredit tanpa memperhitungkan pengeluaran lainnya.
"Karena orang kita itu hitung-hitungannya anggap simpel. 'Gaji lima juta, cukuplah sebulan Rp 1 juta, jadi ambil 12 bulan saja, misalnya dia ada 4 juta sisanya'. Jadi biasanya dia tidak mikirin lagi, lupa bahwa kebutuhan lain masih ada. Udah gitu single income, biayanya untuk istri, anak sekolah, dan lain-lain," tuturnya.