Liputan6.com, Jakarta Badak merupakan hewan mamalia yang paling terancam kepunahannya. Maraknya pembukaan lahan pertanian baru dan makin menyusutnya hutan di Indonesia, menjadi penyebab utama menurunnya populasi dua jenis badak di Indonesia, Badak Sumatera dan Badak Jawa. Seperti yang dijelaskan dalam kegiatan peluncuran kampanye #KadoUntukDelilah di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada Selasa (16/5/2017).
“Badak merupakan refleksi kegagalan menjaga lingkungan dan menyelamatkan kehidupan. Bila sampai badak punah, maka kehidupan juga akan terganggu untuk selamanya,” ungkap Noviar Andayani, Country Director Indonesian Program, Wildlife Conservation Society.
Advertisement
Penurunan jumlah populasi badak juga didukung karena sulitnya sistem reproduksi badak. Seekor badak betina baru mampu memberikan keturunan setelah berumur 7 tahun. Perkawinan badak sendiri hanya bisa dilakukan sekali ketika masa suburnya.
Karena kesulitan inilah, melahirkan anak badak menjadi salah satu kejadian luar biasa. Ketidaktahuan masyarakat juga menjadi penyebab utama banyaknya badak yang mati di alam liar. Banyak masyarakat memasang jerat di seluruh hutan lindung, yang bisa melukai dan menjebak badak. Akhirnya mereka menderita luka-luka dan mengalami penurunan kesehatan sehingga badak mati tanpa diketahui oleh siapapun.
“Banyak orang yang bertanya apa gunanya badak. Padahal dari kotorannya saja, ada 12 hingga 14 tumbuhan yang bisa tumbuh dari satu kali pembersihan di polybag-nya. Hal ini menunjukkan badak sangat penting untuk menjaga kelestarian hutan,” ungkap Widodo Ramono, Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia.
Untuk itulah, kelahiran Badak Sumatera betina yang memiliki nama Delilah ini sangat istimewa. Karena diharapkan dapat menjadi ibu bagi badak-badak selanjutnya. Dalam satu kali masa aktif berkembang biak, diharapkan badak betina mampu melahirkan anak tiga kali hingga lima kali kelahiran.