Bak Sihir, Lendir Tiram Muluskan Kembali Luka Parut pada Kulit

Suatu cara mengurangi pembentukan luka parut adalah dengan pemberian decorin, suatu protein kulit yang terlibat dalam organisasi kolagen.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 18 Mei 2017, 12:09 WIB
Ilustrasi luka parut pada manusia. (Sumber Wikimedia/Svdmolen via GNU)

Liputan6.com, Seoul - Sejenis tiram sederhana akan dapat membantu manusia menghindari luka parut. Zat lengket yang secara alamiah dihasilkan oleh makhluk laut itu ternyata bisa menjadi suatu unsur lem yang secara mulus menutup luka pada kulit tikus-tikus.

Lem seperti itu bisa dipakai untuk mencegah luka-luka parut yang terlihat jelek setelah irisan tidak sengaja atau pembedahan, demikian seperti dikutip dari New Scientist pada Kamis (18/5/2017).

Allison Cowin dari University of South Australia mengatakan, "Jika hal itu berhasil diulangi pada manusia, ini bisa menjadi sesuatu yang besar untuk terapi luka." Cowin sendiri tidak terlibat dalam penelitian ini.

Luka parut terbentuk ketika lapisan kolagen dalam kulit menganga. Serat-serat kolagen bukannya membentuk ulang pengaturan awal seperti anyaman keranjang, tapi malah menghasilkan gumpalan-gumpalan paralel penutup luka sehingga tampil seperti benjolan luka parut.

Salah satu cara mengurangi pembentukan luka parut adalah dengan pemberian decorin, suatu protein kulit yang terlibat dalam organisasi kolagen itu. Akan tetapi, decorin adalah struktur fisik yang rumit sehingga sukar disintesis sehingga tidak dipakai di klinik.


Lendir Lengket

Untuk mengatasi masalah itu, Hyung Joon-cha dan rekan-rekannya dari Pohang University of Science and Technology di Korea Selatan menciptakan versi sederhana zat decorin tersebut.

Mereka mengombinasi sebagian kecil protein decorin dengan suatu molekul pengikat kolagen dan zat lengket yang dihasilkan oleh tiram.

Lem yang dihasilkan tiram itu diujikan pada beberapa tikus yang memiliki luka mendalam selebar 8 milimeter. Cairan lengket tersebut dioleskan di atas tiap luka dan ditutupi dengan selaput plastik. Tikus-tikus lain dalam kelompok kendali (pembanding) hanya diberi selaput plastik menutupi luka, tapi tanpa olesan itu.

Menjelang hari ke-11, luka pada tikus-tikus yang diobati sudah mencapai sekitar 99 persen. Sementara itu, luka pada tikus-tikus yang tanpa obat hanya mencapai sekitar 78 persen.

Menjelang hari ke-28, tikus-tikus yang mendapatkan pengobatan telah pulih sepenuhnya dan luka parutnya nyaris tidak terlihat. Sementara itu, tikus-tikus dalam kelompok pembanding memiliki luka parut tebal berwarna ungu.

Perbandingan penyembuhan luka pada tikus-tikus percobaan. (Sumber Pohang/E YJeon, B-H Choi, D Jung, BH Hwang, H J Cha)

Pemeriksaan lebih cermat menggunakan mikroskop membenarkan bahwa serat-serat kolagen dalam luka-luka yang dirawat telah kembali kepada pengaturan asli berbentuk anyaman keranjang. Kulit yang baru itu juga mengembangkan akar rambut, pembuluh darah, kelenjar minyak, dan struktur-struktur lain yang tidak ditumbuhkan lagi dalam luka parut.

Lem tersebut mampu memicu pertumbuhan kolagen normal karena muatan negatif pada fragmen-fragmen decorin menjaga jarak serat-seratnya, demikian menurut Cha.

Dengan demikian, serat-serat itu bisa lebih mudah merajut diri di sela-sela masing-masing serat, bukannya saling bertumpuk secara acak seperti pada kejadian luka parut.

Menurut Cowin, hasil percobaan memang mengesankan, tapi masih ada yang harus dilakukan agar hasilnya bisa diterapkan pada manusia. Katanya, "Tikus-tikus memiliki kulit longgar, sedangkan kulit kita rapat, sehingga mereka cenderung sembuh secara lebih baik dengan lebih sedikit parut dibandingkan dengan kita."

Artinya, lem tersebut mungkin tidak sama daya gunanya pada manusia dibandingkan dengan pada tikus. Cha mengatakan bahwa berikutnya lem itu akan diujikan pada babi, yang kulitnya lebih mirip dengan kulit manusia.


Tambahan Cara Pengobatan

Arah pertumbuhan alamiah serat kolagen dibandingkan dengan arah pertumbuhan serat kolagen setelah kulit mengalami luka. (Sumber Wikimedia Commons/FaridahR)
Penyembuhan cara baru untuk kulit memang sangat diperlukan karena yang ada sekarang tidak terlalu berhasil, demikian menurut Cowin. Gel silikon, steroid, pembalut ketat, kryoterapi, dan perawatan laser kerap dipakai untuk mengurangi tampilan luka parut, tapi tidak bisa benar-benar menghapusnya.

Cowin sendiri sedang mengembangkan perawatan luka yang menggunakan antibodi monoklonal untuk menghalangi suatu jenis protein yang menyulitkan penyembuhan luka.

Beberapa kelompok lain menerapkan sel punca janin pada luka, berdasarkan suatu pengamatan bahwa penggerusan kulit dan janin muda tidak mengalami luka parut. Semua pendekatan tersebut masih pada tahap pengujian pada hewan-hewan.

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya