Siapa Paling Berisiko Derita Hipertensi, Pria atau Wanita?

Secara umum, ada asumsi bahwa hipertensi biasanya diderita laki-laki. Nyatanya data menunjukkan sebaliknya

oleh Fitri Syarifah diperbarui 18 Mei 2017, 10:30 WIB
Secara umum, ada asumsi bahwa hipertensi biasanya diderita laki-laki. Nyatanya data menunjukkan sebaliknya

Liputan6.com, Jakarta Secara umum, ada asumsi bahwa hipertensi biasanya diderita laki-laki. Namun, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan, usia 65 ke atas, prevalensi hipertensi pada wanita adalah 28,8, lebih tinggi daripada pria yang prevalensinya mencapai 22,8. 

Dokter spesialis jantung dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP, FIHA, FAsCC menjelaskan bahwa semakin tua seseorang, wajar apabila tekanan darah meningkat. Pada wanita, peningkatan tekanan darah juga dapat terjadi pada saat kehamilan.

"Hormon estrogen juga memegang peran penting dalam naiknya tekanan darah pada fase menopause yang menyebabkan hormon estrogen menurun, risiko hipertensi pun meningkat," katanya, seperti ditulis dalam keterangan pers, Kamis (17/5/2017).

Ketika seorang perempuan berhenti menstruasi, kata dia, hormon estrogennya akan menurun secara signifikan. Hal ini dapat merusak sel endotel yang memicu plak di pembuluh darah.

"Plak di pembuluh darah dapat memicu tekanan darah tinggi yang menyebabkan penyakit kardiovaskular (Cardio Vascular Disease- CVD) dan bahkan stroke," ujar Ann.

Tentu hal ini bukan menjadi masalah bagi pria. Sebab penurunan hormon testosteron tidak terlalu berdampak pada risiko hipertensi, kecuali bila disertai gaya hidup tidak sehat, merokok maupun obesitas.

Namun Ann mengingatkan, hipertensi merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan Cardio Cerebro Vascular Disease (CCVD). Ia mengatakan, kebanyakan kematian di dunia disebabkan oleh CCVD, baik pada pria maupun perempuan. Diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi CCVD di antara tahun 2000-2025, mencapai 9% pada pria dan 13 persen pada perempuan.

"Bagi yang sudah menderita hipertensi, pengobatan menjadi penting untuk mengendalikan penyakit ini," imbuhnya.

Sedangkan untuk pencegahan, pada intinya, kembali lagi pada gaya hidup sehat, seperti kebiasaan makan yang sehat, berolahraga secara teratur, menjaga berat badan tetap sehat dan tidak merokok, didukung oleh pemeriksaan rutin untuk memantau tekanan darah, kadar kolesterol dan glukosa.

Di sisi lain, Presiden Direktur Philips Indonesia Suryo Suwignjo menyatakan komitmen Philips untuk memberikan perawatan berkualitas di seluruh rentang kesehatan (health continuum). 

Philips mendorong kehidupan serta gaya hidup yang sehat, termasuk kebiasaan makan yang baik sedini mungkin, sejak masa kanak-kanak. Melalui peralatan dapur inovatif, seperti air fryer, juicer, steamer food, hingga blender yang memungkinkan persiapan makanan buatan sendiri yang sehat untuk seluruh keluarga dengan cara yang cepat dan praktis. 

"Menjaga kesehatan Anda bisa dimulai dari cara yang sederhana, selain mengadopsi gaya hidup sehat, lakukan pemeriksaan rutin dan jangan menunggu sampai Anda merasa ada yang tidak beres dengan tubuh Anda. Deteksi dini dan diagnosis yang akurat akan mengurangi risiko hipertensi," ujar Suryo. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya