Liputan6.com, Jakarta - Gerbong pertama dan terakhir pada rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) diperuntukkan khusus wanita. Kedua gerbong tersebut pun dipenuhi penumpang saat jam-jam sibuk pagi ataupun sore hari.
Penuhnya penumpang dan berdesak-desakan, membuat para pengguna menyatakan tidak mendapatkan kenyamanan. Namun, hal tersebut tetap dilakukan karena ditumpangi sesama perempuan dan terhindar dari tindakan pelecehan.
Advertisement
Menurut seorang penumpang rute Depok - Tanah Abang, Yunita Primatasari beberapa kali terdapat penumpang pingsan akibat penuhnya penumpang yang terus memaksa untuk masuk kereta khusus perempuan.
"Beberapa kali, enggak ibu-ibu ataupun mbak-mbak itu sampai pingsan saking penuhnya, tergencet sama penumpang lainnya. Jadi kalau ada nenek-nenek ataupun ibu ajak anak kecil lebih kita sarankan masuk ke gerbong umum, mereka lebih memprioritaskan daripada di gerbong khusus wanita," kata Yunita kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu 17 Mei 2017.
Sedangkan, penumpang asal Bekasi rute hingga Manggarai, Resti Givida mengaku, desak-desakan dengan penumpang lainnya sudah menjadi langganannya setiap hari. Hal ini dilakoninya sudah tiga tahun.
"Mau gimana, daripada di gerbong lain campur dengan lawan jenis, mending kegencet di gerbong khusus wanita. Meskipun berkali-kali kaki lecet karena terinjak, jatuh bareng-bareng karena enggak ada pegangan, ini transportasi paling murah," ucap Resti.
Dia pun berharap, ada penambahan gerbong khusus wanita. "Kalau bisa ditambahin dua gerbong lagi, jadi ada empat. Dua untuk depan dan dua untuk belakang," Resti menandaskan.
Bangku Kepemilikan hingga Jual Beli
Kepadatan di gerbong khusus wanita juga tidak mengurangi niatan penumpang yang memanfaatkannya untuk berjualan secara sembunyi-sembunyi. Seperti di KRL rute Bogor-Jakarta Kota.
"Iya jadi, memang ada sederetan bangku yang sudah seperti hak milik sama mereka. Dari mereka ada yang jualan seperti gorengan dan bubur kacang hijau, biasanya ada penjual tersebut saat menaiki kereta dari Bojong Gede pukul 07.00 WIB," ucap Noer Kusumawardani penumpang asal Bojong Gede, Bogor.
Dia mengatakan, transaksi jual beli tersembunyi tersebut, sangat mengganggu para penumpang lain. Sebab, saat penumpang mulai lenggang, penjual akan mengantarkan dagangannya langsung kepada pembeli yang menjadi pelanggan.
"Kalau dia duduk, setelah anterin ke bangku depannya atau bangku sebelahnya dia akan kembali duduk di bangku itu. Kalaupun ada yang jualan berdiri dia akan kembali ke posisi semula, jadi sangat mengganggu aja. Cuma bilang misi ya mbak, mau anterin ini (dagangan) dulu," kata Noer.
Seakan transaksi selayaknya penjual dan pembeli, beberapa penumpang juga dapat memesan dari hari ini untuk esok harinya.
Padahal menurut dia, beberapa penumpang lainnya juga ingin menempati bangku penumpang yang menjadi primadona setelah sekian lama berdiri.
'"Jadi sudah kaya kepemilikan sendiri, padahal ada beberapa penumpang lain yang ingin duduk di bangku tersebut. Meskipun kadang ada penumpang yang lebih tua dari mereka, juga tidak dipedulikan," tutur Noer.
Janji Tindak Tegas
Humas PT KAI Commuter Jabodetabek Eva Chairunisa mengatakan, akan menindak tegas orang yang jual beli di rangkaian kereta api listrik. Kata dia, hari ini salah satu petugas kereta juga telah mengamankan salah seorang penjual donat.
"Tadi kita tangkap satu pedagang donat. Kita kan tindak jika kedapatan adanya transaksi seperti itu. Kalau ada penumpang yang melihat, dapat langsung lapor kepada petugas di dalam kereta ataupun petugas di stasiun," ucap Eva saat dihubungi Liputan6.com, di Jakarta, Kamis 18 Mei 2017.
Eva juga menghimbau agar para penumpang terus dapat memberikan informasi mengenai sesuatu hal yang terjadi di dalam gerbong KRL. Sebab, dia beralasan hal tersebut dapat membantu dalam pihaknya dalam meningkatkan pengawasan.
"Karena kita akan langsung tindak jika dapat laporan, karena kan mereka memang jualan secara sembunyi-sembunyi dan memang bandel. Ini juga untuk para petugas KAI yang ikut serta dalam transaksi ini, tolong dapat di foto tulis nama dan kejadian kapan dimana nanti akan kita tindak," jelas Eva.
Mengenai penumpukan penumpang di gerbong khusus wanita, Eva berujar sebenarnya sudah adanya jumlah kenaikan rute perjalanan selama 2013 hingga saat ini.
"Kalau masalah kapasitas angkut itu sudah ada penambahan dari dulu. Misalnya pada 2013 ada 470 perjalanan sekarang sudah mencapai 918 perjalanan," ujar dia.
Sehingga, kata dia dengan adanya penambahan juga tidak akan berpengaruh untuk jam-jam sibuk. Sebab, dia beralasan penumpang yang aktivitas saat jam sibuk memang banyak.
"Jadi jika ditambahkan armada, penumpangnya juga akan naik. Karena memang di Jepang ataupun Singapura juga mengalami kendala yang sama saat jam-jam sibuk, bahkan sampai menyediakan petugas untuk mendorong," tandas Eva.