Grebeg Onje Sambut Ramadan, Napak Tilas Muasal Purbalingga

Napak tilas seminggu sebelum Bulan Ramadan itu untuk mengetahui jejak sejarah Kadipaten Onje, daerah tua di Purbalingga.

oleh Gun ES diperbarui 18 Mei 2017, 17:00 WIB
purbalingga

Liputan6.com, Purbalingga - Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah menghidupkan kembali berbagai macam tradisi lelulur menyambut Bulan Ramadan dan Lebaran tahun ini. Rangkaian ritual dan pagelaran budaya digelar dalam sebuah acara yang diberi tajuk Grebeg Onje.

Acara tersebut diselenggarakan di Desa Onje, Kecamatan Mrebet selama tiga hari pada 17-19 Mei 2017. Desa Onje merupakan desa tua yang menjadi cikal bakal Kabupaten Purbalingga.

Koordinator Pengelola Grebeg Onje, Yudhia Patriana mengatakan, menggelar Grebeg Onje secara khusus untuk mengingatkan warga Purbalingga, bahwa Onje pernah menjadi sebuah kadipaten yang melahirkan para pemimpin Kabupaten Purbalingga.

"Selain sebuah pesta kegembiraan warga Desa Onje dan Purbalingga pada umumnya dalam menyambut datangnya bulan Ramadan,” ujar Yudhia di Graha Adiguna, Kompleks Pendopo Purbalingga, Senin 15 Mei 2017.

Gelaran Grebeg Onje menyambut Bulan Ramadan ini mulai dilakukan dengan kegiatan bersih desa sebagai bentuk persiapan warga pada Selasa kemarin. Kemudian dilanjutkan Sarasehan Sejarah Onje di Pendopo Dipokusumo Purbalingga pada malam harinya. Beragam agenda yang digelar berupa ritual, pameran, dan hiburan rakyat.

Sementara, Rabu 17 Mei 2017 digelar pembukaan pameran tosan aji, UMKM, dan napak tilas mengawali rangkaian kegiatan Grebeg Onje. Hiburan rakyat digelar dari pagi hingga malam hari, ada pertunjukan kesenian Ebeg atau kuda kepang, juga musik akustik yang ditampilkan di panggung seni tengah kali di bawah Brug Putih, sebuah destinasi wisata baru di Desa Onje.

Malam harinya, di lapangan menghadirkan suasana tahun 1980-an, yakni warga Desa Onje dan sekitarnya disuguhi tontonan Layar Tanjleb.


Ritual-Ritual Onje

Napak tilas lewat Grebeg Onje yang dilakukan kurang lebih seminggu sebelum Bulan Ramadan itu untuk mengetahui jejak sejarah Kadipaten Onje. (Liputan6.com/Gun ES).

Acara selanjutnya pada Kamis (18/5/2017), digelar dua ritual sekaligus, yaitu ritual pengambilan air belik pitu dan ritual jodang digelar. Ritual belik pitu sebagai penanda ketersambungan kekuasaan di Purbalingga. Sementara Ritual Jodang dengan media Jodang atau dipan (ranjang kayu) yang diisi nasi, lauk, hasil bumi, dan jajan pasar sebagai wujud rasa syukur.

Kemudian jodang-jodang tersebut dibawa ke Pendapa Puspa Jaga Balai Desa Onje untuk diserahkan kepada Bupati Purbalingga termasuk air dari Belik Pitu untuk dibagikan/dinikmati warga yang menyaksikan di lapangan. Berbagai atraksi kesenian tradisi turut menyemarakan dari pagi hingga sore.

Malam harinya, digelar ritual Penggelan yang sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Dengan penerangan obor diiringi tarian Begalan dan Shalawatan, arakan Penggel berjalan dari Pendapa Puspa Jaga Desa Onje menuju Masjid Raden Sayyid Kuning.

Kemudian rombongan yang terdiri dari pejabat, tokoh agama, tokoh adat, dan warga melakukan siraman suci di sungai jojok telu. Ritual diakhiri mbabar penggel ngalap berkah.

Di hari terakhir, Jumat 19 Mei 2017, sebelum penutupan diadakan napak tilas makam, situs, dan belik bagi pelajar dan umum. Napak tilas kurang lebih seminggu sebelum Bulan Ramadan itu untuk mengetahui jejak sejarah Kadipaten Onje.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya