Dubes Jepang Berharap RI Ikut Redakan Ancaman Nuklir Korut

Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii mengatakan, Indonesia berhak menentukan arah diplomasinya sendiri terkait isu Korut.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 19 Mei 2017, 14:00 WIB
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)

Liputan6.com, Jakarta - Uji coba rudal dan senjata nuklir yang telah dan akan dilakukan Korea Utara menjadi salah isu yang menjadi sorotan dunia. Hal itu memicu ketegangan di Semenanjung Korea.

Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii yakin, Indonesia merasakan ancaman yang sama terhadap aksi Kim Jong-un tersebut. Namun, Masafumi menegaskan bahwa Indonesia berhak menentukan arah diplomasinya.

Hubungan Indonesia dan Korut selama ini dinilai berjalan baik dan memiliki sejarah panjang.

Ditemui di sela-sela acara peringatan hari jadi Pasukan Bela Diri Jepang ke-63 Kamis (18/5/2017) Masafumi mengatakan, setiap negara berhak menentukan dengan siapa mereka akan membangun hubungan bilateral. Pilihan tersebut semuanya ada di tangan Indonesia.

"Namun saya yakin Indonesia juga merasakan ancaman dan dampak yang ditampilkan pihak Korut terhadap dunia internasional. Sehingga kami terus berupaya untuk melakukan komunikasi dengan pemerintah Indonesia mengenai isu Semenanjung Korea," ujar Masafumi.

Masafumi juga berharap Indonesia mampu membantu mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea. Ia mengatakan bahwa ia yakin pemerintah Indonesia mau membantu.

Selain kepada pihak Indonesia, Jepang juga berharap pada bantuan negara sekutu, yaitu Amerika Serikat dan Korea Selatan. Masafumi mengaku resah dengan tindakan beringas Korea Utara tersebut.

"Korea Utara mengancam keamanan kawasan. Kami sangat ingin bekerja dengan sekutu lainnya untuk isu Korea Utara," ujar Masafumi Ishii.

Hubungan Indonesia dan Korea Utara

Sejarah mencatat, hubungan Indonesia dan Korea Utara sudah terjadi sejak era Presiden Sukarno.

Bung Karno adalah sahabat dari pendiri sekaligus presiden pertama Korea Utara yaitu Kim Il-sung.

Dikutip dari Antara, Duta Besar Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK/Korea Utara) untuk Indonesia Ri Jong-ryul mengatakan, presiden pertama Indonesia Sukarno dan pemimpin negaranya Kim Il Sung, memiliki hubungan yang istimewa.

Sukarno pernah melakukan proses penyilangan secara khusus bunga anggrek dendrobium yang ia beri kepada Kim Il-sung. Soekarno memberi nama bunga anggrek itu Dendrobium kimilsungia sebagai hadiah ulang tahun.

Hubungan antara Presiden Soekarno dan Presiden Kim Il-sung sangat istimewa dan berbeda dengan pemimpin manapun. Presiden Soekarno juga dikenal baik oleh rakyat DPRK," ujar Jong-ry.

Menurut Ri, eratnya hubungan Soekarno dan Kim Il Sung dimulai sejak tahun 1964 ketika Proklamator Indonesia itu berkunjung resmi ke Pyongyang. Kemudian dibalas dengan kunjungan Kim Il-sung dan anaknya Kim Jong-Il pada April 1965.

"Selain untuk mempererat hubungan bilateral, kunjungan pemerintah Korut sekaligus untuk menghadiri peringatan 10 tahun Konferensi Asia Afrika yang pertama kali diadakan pada tahun 1955 di Bandung," tambah Jong-ry.

Pada saat KAA I digelar, Semenanjung Korea sedang bergolak hebat yang dikenal dengan Perang Korea.

Ajang KAA I di Bandung itu juga menjadi panggung Korea Utara yang berpaham komunis di pentas dunia.

Dalam pertemuan itu ia mengatakan, kedua pemimpin negara tersebut membahas tentang kesejahteraan, kemerdekaan dan kedaulatan antara kedua negara.

"Kemudian saat kedua pemimpin berjalan-jalan ke Kebun Raya Bogor, Soekarno memberikan bunga anggrek sebagai hadiah ulang tahun kepada Kim Il-sung, yang diberi nama Dendrobium Kimilsungia," ujarnya.

Bunga anggrek genus Dendrobium ini, yang menjadi salah satu bunga paling terkenal di DPRK, adalah simbol ikatan persahabatan antara Korea Utara dan Indonesia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya