Liputan6.com, Jakarta Emak-emak yang menjadikan sepeda motor sebagai tunggangan dalam melakukan rutinitas sehari-hari diminta menghindari penggunaan masker yang dijual bebas.
"Masker kain yang lucu-lucu harus dihindari, jangan pilih itu," kata Dokter Spesialis Paru dari RS Persahabatan, Dr Fenny kepada Health Liputan6.com pada Jumat (19/5/2017)
Baca Juga
Advertisement
Dalam berkendara memang dianjurkan untuk memakai masker guna mencegah masuknya gas, debu, dan partikel-partikel yang membahayakan paru sang emak-emak pemotor tersebut.
"Cuma dilemanya, masker yang ada saat ini tidak bisa melindungi emak-emak tersebut dari partikel PM (particular matter) 2.5 yang bisa masuk ke saluran napas," kata dia.
Partikel PM 2,5 disebut sebagai pembunuh dalam senyap. Ukuran yang kecil membuatnya mudah sekali masuk ke dalam paru-paru kita yang dapat menyebabkan beragam penyakit jika mengalami penumpukan. Tak jarang menyebabkan kematian dini juga.
"Masker yang ada tidak dapat menyaringnya. Namun, untuk debu dan partikel yang besar, tetap ada gunanya," kata Fenny.
Idealnya, demi mencegah masuknya partikel PM 2,5 ini, emak-emak harus menggunakan masker N95. Pakainya pun tak boleh asal-asalan supaya tidak "bocor".
"Dilemanya lagi, N95 ini harganya mahal. Pakainya harus benar. Pakai yang benar itu membuat si pemakainya merasa tak nyaman," kata Fenny.
Fenny sendiri mengaku, agak sulit untuk menyarankan masyarakat, khususnya pemotor (baik emak-emak maupun tidak) untuk menggunakan masker N95 ini. "Tidak nyaman, pakainya harus benar dan pas, karena kalau bocor sama saja," kata dia menambahkan.
Akan tetapi, emak-emak dapat melakukan pencegahan dengan cara lain. Klise, tapi berguna.
"Jaga daya tahan tubuh dengan tidur yang cukup dan mengonsumsi empat sehat lima sempurna. Klise, tapi belum tentu semua emak-emak mempraktikannya," kata dia.