Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak setelah sempat tertekan di awal perdagangan pada akhir pekan ini. Semua sektor menghijau dengan kenaikan terbesar di infrastruktur.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (19/5/2017), IHSG menguat 146,4 poin atau 2,59 persen ke level 5.791,88. Indeks saham LQ45 juga menguat 3,07 persen ke 970,396 dan sebagian besar indeks saham acuan menguat.
Ada 230 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Adapun 98 saham melemah dan 113 saham lainnya diam di tempat.
Pada Jumat ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.825,20 dan terendah 5.630,07. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 377.880 kali dengan volume perdagangan 8,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8 triliun.
Baca Juga
Advertisement
Investor asing melakukan aksi beli sekitar Rp 31,78 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.318.
Secara sektoral, semua sektor saham menguat. Kenaikan terbesar dibukukan infrastruktur yang naik 3,54 persen. Disusul kemudian sektor keuangan yang menguat 3,45 persen dan sektor aneka industri yang naik 2,55 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham ESTI naik 34,92 persen ke level Rp 85 per saham, saham LRNA melonjak 34,19 persen ke level Rp 157 per saham, dan saham BMSR menanjak 31,53 persen ke level Rp 146 per saham.
Saham-saham yang melemah antara lain saham BIMA melemah 22,64 persen ke level Rp 82 per saham, saham UNIC merosot 13,36 persen ke level Rp 4156 per saham, dan saham FORZ tergelincir 12,90 persen ke level Rp 540 per saham.
Senior Analis Bina ArthaSecuritiesRezaPriyambada menyebut, rekor IHSG ini dipengaruhi berita kenaikan peringkat investasi Indonesia. Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poors (S&P) menaikkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi atau InvestmentGrade.
"Jadi berita ini cukup positif untuk pergerakan IHSG dan rupiah dan keduanya cenderung alami kenaikan," ujar dia saat dikonfirmasi.
Namun dia khawatir hal ini merupakan euforia sesaat yang bisa saja tak berlanjut ke pekan depan. Di mana pelaku pasar akan memanfaatkan kenaikan harga saham di pasar.
"Sentimen S&P ini bisa dimanfaatkan sebagian pelaku pasar karena harga saham mayoritas alami kenaikan. Jadi yang kita lihat masih rentan untuk pergerakan di minggu depan," dia menandaskan.