Liputan6.com, Garut - Sebanyak 120 orang warga korban banjir bandang Kabupaten Garut, Jawa Barat mengalami keracunan massal paska menyantap makanan hasil donasi dari lembaga sosial asing. Korban keracunan tersebut berasal dari tujuh tempat hunian sementara (huntara)
"Saya terus-terusan BAB (buang air besar) sejak pukul 01.00 dini hari tadi," ujar Entin Tince, salah satu korban keracunan, saat ditemui Liputan6.com di RSUD dr.Slamet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu (21/5/2017).
Entin mengatakan, musibah yang menimpa ratusan warga korban banjir itu dirasakan usai seluruh korban banjir yang berada di tujuh huntara menyantap makanan bantuan dari sebuah lembaga sosial negeri jiran kemarin siang.
"Kita semua makan goreng ayam, rendang, sambal, telur dan sambel, karena memang sebelumnya ada kegiatan," ujarnya.
Baca Juga
Advertisement
Awalnya warga hunian tidak merasakan apa-apa, namun mulai memasuki malam hari, para penghuni korban banjir itu mulai merasakan dampak dari makanan yang mereka santap siang tadi, mereka merasakan mual, pusing, sakit kepala dan diare.
"Rata-rata mulai dirasakan sekitar jam delapan malam sampai jam dua dini hari tadi," ujarnya.
Hingga kini ratusan korban masih mendapatkan pertolongan pihak rumah sakit, ruangan Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit terisi penuh termasuk lorong-lorong rumah sakit penuh terisi para korban.
Uun Frinawati, relawan dari Citra Bina Bangsa (CBB) Foundation, yang ikut mendampingi para korban menambahkan, sebagian besar korban berasal dari hunian sementara blok Islamic Center Garut, namun ada juga dari blok lain.
Saat itu, lembaga yang didampinginya itu, memberikan bantuan sekitar 350 paket yang ditujukan buat 1.350 korban banjir bandang Garut September lalu. "Memang ada kegiatan fun game, MTQ anak-anak dan lainnya," kata dia.
Berdasarkan laporan sementara yang ia peroleh dari para korban, rata-rata korban mengeluhkan sakit kepala, mual, pusing dan diare. Hingga kini ia belum memastikan, apakah musibah itu karena makanan dalam bingkisan atau dari faktor lain.
"Anehnya hanya ratusan yang kena tidak semua, kan kemarin ada 1.350 warga yang dapat bantuan, makanya kita akan tanyakan hasil lab nya bagaimana," kata dia.
Namun berdasarkan pengalaman kata dia, perubahan pola makan yang dialami para korban bisa menjadi faktor lain terjadinya musibah massal tersebut. "Memang penyesuaian menu juga bisa dirasakan dampaknya oleh tubuh, mereka yang belum biasa dengan menu kemarin ya seperti ini, ada reaksi sesaat," papar dia.
Camat Garut Kota Bambang Hafid, mengaku hingga kini pemerintah Garut belum mengetahui secara pasti faktor apa yang menyebabkan musibah itu. "Setelah mendapatkan informasi itu kami langsung tangani," kata dia.
Terhadap ratusan korban yang masih dirawat, pemerintah Garut berjanji untuk memberikan pertolongan gratis hingga tuntas. "Jelas itu (Pertolongan), sesuai arahan pak bupati intinya mereka akan kita kembalikan lagi ke hantara sampai sehat," ujarnya.