Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardoyo menyatakan untuk bisa mencapai cita-cita menyejahterakan rakyat dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka diperlukan sikap patriotisme dari seluruh elemen bangsa.
Agus mengutip pernyataan seorang guru besar Harvard University yang mengatakan, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa berkelanjutan harus ditunjang dengan semangat patriotisme negara. Tanpa semangat patriotisme, impian mewujudkan masyarakat adil dan makmur hanya sekadar impian.
"Kita tahu negara-negara besar bahkan negara yang kalah Perang Dunia ke-2, dalam waktu singkat bisa bangkit karena punya semangat kebangsaan. Maka kita, Indonesia jaga terus nasionalisme ini," ujar dia pada acara Presidential Lecture Seri Ke-4 dengan tema Pemantapan Nilai-Nilai Pancasila dan Spirit Kebangsaan Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kepemimpinan Nasional di Kantor BI, Jakarta, Senin (22/5/2017).
Baca Juga
Advertisement
Dia mengungkapkan, pemerintah telah memiliki target untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen. Dengan pertumbuhan ekonomi yang saat ini berada pada kisaran 5 persen, maka dibutuhkan kerja keras dan kesatuan sebagai sebuah bangsa untuk mencapai angka pertumbuhan tersebut.
"Ke depan kita harus mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen. Kalau sekarang masih 5 persen maka masih harus tingkatkan upaya bersama-sama. Kita sama-sama tahu sekarang income per kapita Indonesia US$ 3.578. Kalau mau dikatakan keluar dari middle income per kapita harus di atas US$ 11.570," jelas dia.
Sementara itu terkait pertumbuhan ekonomi tahun ini, Agus menyatakan Indonesia tengah dalam tren pertumbuhan yang baik dan tumbuh cukup dibanding kawasan. Namun ada beberapa hal yang masih harus diwaspadai agar pertumbuhan ekonomi ini terus berada pada tren tersebut.
"Inflasi April terkendali. Tren penguatan rupiah berlanjut. Ke depan proyeksi ekonomi membaik 5 persen-5,4 persen di 2017. Meski pun ada risiko tren kenaikan Fed Rate, politik global di semenanjung Korea dan Eropa, proteksionisme; perlambatan ekonomi China," tandas dia.