Liputan6.com, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjadi pembicara dalam Rapimnas Partai Golkar di Balikpapan, Kalimantan Timur. Di sela memberikan materi, Gatot sempat membacakan puisi.
Puisi ini berjudul 'Tapi Bukan Kami' karya Denny JA. Melalui puisi ini, Gatot mengingatkan masih ada ketidakadilan sosial.
Advertisement
"Lihatlah aneka barang, dijualbelikan orang. Oh makmurnya, tapi bukan kami punya. Desa semakin kaya tapi bukan kami punya. Kota semakin kaya tapi bukan kami punya," kata Gatot menyampaikan penggalan puisi, dalam keterangan pers yang diterima Liputan6.com, Selasa (23/5/2017).
Mantan KSAD itu kemudian menjelaskan makna dari puisi yang dibacakan itu. Menurut dia, puisi itu merupakan potret tangisan masyarakat dari suatu wilayah.
"Ini tangisan suatu wilayah, dulu dihuni Melayu, di Singapura, sekarang menjadi seperti ini (sambil memperlihatkan slide tentang pengungsi). Kalau kita tak waspada, suatu saat bapak ibu sekalian, anak cucunya tidak lagi tinggal di sini. Gampangnya, kita ke Jakarta semua teratur rapi, punya Betawi di sana?" kata Gatot.
Selain itu, Gatot juga menyampaikan materi tentang persatuan dan kebangsaan. Isu soal maraknya pengungsi ilegal juga sempat disinggung.
Sementara, pencipta puisi sekaligus aktivis Indonesia Tanpa Diskriminasi, Denny JA, mengatakan cara Gatot membacakan puisi menunjukkan jenderal bintang empat itu sangat peka dengan kondisi masyarakat saat ini.
"Tentu Jenderal Gatot juga merasa isu ketidakadilan sosial adalah penyakit masyarakat," kata Denny.
Di sisi lain, Denny mengapresiasi cara berbeda Gatot dalam menyampaikan pesan dan berbagai isu terkini yang perlu menjadi perhatian masyarakat. Puisi tentu bisa menjadi wadah dalam mengekspresikan sesuatu.
"Saya senang jika semakin banyak pemimpin membaca puisi," kata Denny.
Denny lalu mengutip ucapan John F. Kennedy yang terkenal, "Jika saja semakin banyak politikus membaca puisi dan semakin banyak penyair tahu politik, dunia akan lebih baik," kata Denny.