Liputan6.com, Jakarta - Meninggalnya Nicky Hayden usai kecelakaan tragis di Rimini membuat kaget jagat otomotif dunia. Sempat berharap bisa pulih, cedera parah yang menimpanya tidak bisa lagi disembuhkan.
Rumah Sakit Bufalini yang pertama kali mengumumkan kabar meninggalnya Hayden. Dalam pernyataan resminya, pembalap asal Amerika Serikat itu mengembuskan napas terakhir di usia 35 tahun pada pukul 19.00, Senin (22/5/2017) waktu setempat.
Ibunda (Rose), Tommy, dan tunangannya berada di samping Hayden saat dia akan menutup mata untuk selamanya. Informasi tentang kepergian sang pembalap roda dua dengan sekejap menyebar ke seluruh dunia.
Dunia balap pun diselimuti awan duka. Penggemar, tim balap, sesama pembalap, klub sepak bola, hingga beberapa selebritis mengucapkan selamat tinggal kepada pembalap yang bernama lengkap Nicholas 'Nicky' Patrick Hayden ini.
Nicky Hayden memang hanya satu kali menjadi juara dunia MotoGP. Itu terjadi pada 2006, saat dia masih bergabung dengan Repsol Honda. Namun semangat pantang menyerah Nicky Hayden akan terus dikenang.
Tak seperti pembalap MotoGP umumnya, Nicky Hayden mengawali karier di AMA Superbike. Ini merupakan kejuaraan superbike yang khusus digelar di Amerika. Pada 2002, dia sukses menjadi juara termuda di AMA Superbike.
Ini mengantarkannya ke dunia MotoGP. Repsol Honda pun merekrutnya ke dalam tim untuk menemani Valentino Rossi, yang kelak menjadi legenda MotoGP.
Advertisement
Bersaing dengan Rossi yang pernah juara MotoGP dengan Yamaha tidak membuat Hayden gentar. Terbukti, dia hanya butuh tiga musim untuk menjadi juara dunia MotoGP. Perjuangannya untuk merebut juara MotoGP 2006 tidaklah mudah.
Tertinggal 8 poin dari Rossi menjelang seri terakhir, Hayden sukses menggamit juara setelah finis ke-3 pada balapan terakhir di Valencia 29 Oktober 2006. Itu juga setelah Rossi terjatuh di lap ke-5.
Setelah sukses menjadi juara di 2006, karier Hayden mulai mengalami pasang surut. Musim berikutnya, dia hanya tiga kali raih podium, sedangkan pada 2008 hanya sekali.
Hijrah ke WSBK
Hayden akhirnya memutuskan pindah ke Ducati pada 2009. Peruntungannya ternyata tidak juga membaik.
Pembalap kelahiran Owensboro, Kentucky itu hanya rebut tiga kali podium dari 2009 sampai 2013. Dia pun sempat bertandem lagi dengan Valentino Rossi pada 2010 dan 2011. Namun, itu belum juga memberi hasil bagus.
Pada 2014, dia akhirnya bergabung dengan Aspar Honda Team. Dia kesulitan untuk meraih apa pun dengan motor kategori open class ini. Pada 28 Oktober 2015, Hayden pun akhirnya memutuskan untuk hijrah ke World Superbike.
Dia gantikan Sylvain Guintoli di Ten Kate Racing Honda. Dalam konferensi pers pertamanya, Hayden mengungkapkan keinginannya untuk menjadi juara.
"Setelah cukup lama berkiprah di MotoGP, saya juga terobsesi untuk menjuarai WSBK. Semoga saya bisa lakukan itu," katanya, kala itu.
Di musim pertamanya pada 2016, dia sukses berada di posisi kelima klasemen WSBK. Dia sukses juara satu kali dan 4 kali podium. Total, dia mengoleksi 248 poin.
Sayang, langkah Hayden terhenti usai mengikuti WSBK seri Italia lalu. Dia menempati posisi ke-13 di balapan terakhirnya pada 14 Mei itu. Tiga hari kemudian, nasib berbicara lain. Dia ditabrak saat bersepeda di pengunungan Rumini Italia.
Darah Pembalap
Nicky Hayden memang sangat berkomitmen dengan dunia balap. Maklum, darah balap mengalir deras dalam dirinya karena kedua orang tuanya Earl dan Rose juga pembalap.
Semua saudaranya Tommy, Jennifer, Roger dan Kathleen juga belajar balap sebelum mereka bisa berjalan. Memang, saudara perempuan Hayden pilih karier berbeda, tapi semua saudara laki-lakinya menjadi pembalap.
Tak aneh, rasa haru dan kehilangan yang mendalam begitu dirasakan keluarga saat Hayden tutup usia. Kakak tertua, Tommy Hayden ucapkan terimakasih atas perhatian seluruh fans Nicky Hayden.
"Atas nama seluruh keluarga Hayden dan tunangan Nicky, Jackie. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang atas pesan dukungan. Sangat menyenangkan bagi kami semua mengetahui Nicky telah menyentuh kehidupan banyak orang dengan cara yang begitu positif," jelas Tommy dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Express, Selasa (23/5/2017).
"Meskipun ini jelas waktu yang menyedihkan, kami ingin semua orang mengingat Nicky dengan bahagia. Sejak kecil, dia bermimpi ingin menjadi sebagai pembalap profesional. Ia tidak hanya meraihnya, tapi juga berhasil mencapai puncak di olahraga balap dengan menjadi juara dunia. Kami sangat bangga dengan itu," ia menambahkan.