Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Selasa pekan ini. Sentimen politik menahan penguatan rupiah ke level yang lebih tinggi.
Mengutip Bloomberg, Selasa (23/5/2017) rupiah dibuka di angka 13.291 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.302 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.285 per dolar AS hingga 13.306 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 1,30 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.296 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.287 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menjelaskan, nuasan positif mewarnai ekonomi Indonesia di hari Senin setelah S&P menaikkan peringkat obligasi pemerintah Indonesia menjadi BBB- dari BB+ yang memasuki level investment grade.
Dengan masuknya ekonomi terbesar Asia Tenggara ini ke peringkat investment grade dari tiga badan pemeringkat terbesar, prospek umum ekonomi Indonesia mulai terlihat sangat menjanjikan.
Saham Indonesia kemungkinan akan menguat ke depannya dengan aliran masuk dana global dan peningkatan investasi asing langsung yang menyokong selera risiko investor.
Data ekonomi Indonesia terus menunjukkan pertanda stabilitas dan inflasi pun mulai stabil, karena itu spekulasi meningkat bahwa Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga mendekati akhir tahun untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Rupiah menguat terhadap Dolar AS karena kenaikan peringkat S&P ini. "Breakdown dan penutupan harian di bawah 13.280 per dolar AS akan memberi motivasi bagi penjual untuk mengantarkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menuju 13.240 per dolar AS," jelas dia.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah menguat bersamaan dengan turunnya yield merespons kenaikan peringkat utang oleh S&P ke level investment grade.
"Tensi politik domestik yang belum sepenuhnya mereda, dipercaya masih memberikan kekhawatiran di pasar keuangan," jelas dia.
Fokus perlahan mulai beralih ke angka inflasi Mei 2017 yang diperkirakan masih naik. Ruang penguatan rupiah masih terbuka dalam melihat potensi yield SUN untuk turun lebih dalam. (Gdn/Ndw)