Liputan6.com, Jakarta Dihadapan civitas akademica Universitas Kristen Satya Waca (UKSW) Salatiga Jawa Tengah, Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta menyatakan bahwa Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sudah final.
"Tidak boleh diotak atik, apalagi mau diganti. Karena itu, tidak boleh lagi ada anak bangsa Indonesia yang mempersoalkan tentang asal usul, warna kulit, maupun agama," kata Wakil Ketua MPR RI saat menyampaikan Kuliah Umum Mengukuhkan Empat Pilar MPR RI dikalangan dosen dan mahasiswa Fakultas Hukum UKSW. Acara tersebut berlangsung di Auditorium Fakultas Teknologi Informasi, UKSW Salatiga, Senin (22/5).
Advertisement
Asal usul menurut Oso tidak boleh menjadi penghalang bagi seseorang untuk mendapatkan haknya sebagai warga negara, seperti warga negara lainnya. Demikian pula warna kulit dan agama, semua sama di depan hukum dan pemerintahan. Tidak dibeda-bedakan apa warna kulit ataupun agamanya.
Menjadikan kekuatan pluralisme sebagai modal untuk membangun negara, menurut Oso, pernah dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Saat membangun Madinah, Nabi Muhammad menyertakan semua potensi yang ada di Madinah. Tidak hanya potensi yang dipunya umat Islam, tetapi juga umat-umat agama lain.
"Tidak boleh lagi ada menang-menangan soal mayoritas dan minoritas, ayo kita bangun bangsa ini dengan potensi yang kita miliki", kata Oso menambahkan.
Pada kesempatan itu Wakil Ketua MPR mengingatkan, generasi muda akan menghadapi tantangan yang sangat besar dimasa depan. Karena banyak negara asing yang ingin menguasai kekayaan alam Indonesia. Salah satu yang dilakukan adalah merusak pemudanya, menggunakan narkoba.
"Maling dan merampok bisa dilakukan tanpa rasa takut, jika mereka sudah mengalami ketergantungan narkoba. Dan kalau sudah begitu, mereka tidak bisa berfikir apapun, kecuali hanya untuk narkoba", kata Oso menambahkan.
Ikut hadir dalam acara tersebut Pimpinan FPPP MPR Drs. H. Zainut Tauhid, beserta sejumlah Anggota DPD antara lain Drs. H. Ahmad Muqowam. Rafinus, dr. Delis, Ratu Ayu, serta staf khusus Presiden Gories Mere. Selain itu hadir juga wakil Rektor UKSW Neil Samuel Rupidara dan dekan Prof. Dr. Teguh Praseto SH.
(*)