Menjaga Harimau Sumatera Agar Tak Punah

Upaya menjaga kelestarian Harimau Sumatera ini juga harus dilakukan bersama pemerintah dan pihak-pihak terkait.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Mei 2017, 21:30 WIB
Hilangnya hutan yang menjadi habitat harimau Sumatera menyebabkan hewan ini sering kali dibunuh atau ditangkap karena tersesat di pedesaan.

Liputan6.com, Jakarta - Harimau Sumatera merupakan subspesies yang masih tersisa di Indonesia. Dua subspesies lainnya yang pernah ada dan telah dinyatakan punah, yaitu Harimau Jawa dan Harimau Bali.

Upaya penyelamatan Harimau Sumatera sebagai satwa langka memang sangat mendesak. Upaya menjaga kelestarian satwa langka ini juga harus dilakukan bersama pemerintah, pihak swasta, NGO, peneliti, dan masyarakat.

Sebab, berdasarkan data 2014, Harimau Sumatera hanya tersisa 350 ekor. Tentu data itu menunjukkan hewan bernama latin Panthera tigris sumatrae itu diambang kepunahan.

Dalam rangka itulah, Yayasan ARSARI Djojohadikusumo (YAD) membangun Lembaga Konservasi Khusus yang diberi nama Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya (PR-HSD). Pembangunan PR-HSD ini bagian dari kepedulian YAD akan keberlangsungan Harimau Sumatera.

"Kepedulian dan keberpihakan untuk kelestarian satwa liar khususnya Harimau Sumatera sepatutnya merupakan gerakan bersama," kata Hashim Djojohadikusumo, pendiri YAD dalam keterangan tertulisnya, Senin 22 Mei 2017.

Hashim menjelaskan, dalam gerakan bersama itu setiap pihak punya peran masing-masing untuk melakukan konservasi dalam menyelamatkan pusaka fauna Indonesia dari ambang kepunahan.

"Saya sebagai praktisi ekonomi merasa terpanggil untuk berkontribusi melalui PR-HSD untuk Harimau Sumatera dan akan menyusul sumbangsih kami untuk pelestarian satwa liar lainnya seperti badak dan orangutan," ujar Hashim lebih lanjut.

Dalam kesempatan memperkenalkan LKK PR-HSD tersebut, diselenggarakan Diskusi Forum ‘Harimau Sumatera dan Upaya Konservasinya’. Kegiatan itu diikuti oleh para pemangku kepentingan terkait dengan tujuan merumuskan masukan bagi tata kelola kerja program penyelamatan, rehabilitasi dan pelepasliaran Harimau Sumatera, serta membangun jejaring kerjasama yang saling menguatkan dalam upaya konservasi Harimau Sumatera.


Program 3R Harimau Sumatera

Harimau Sumatera di Kebun Binatang California, AS (REUTERS)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat menyambut baik inisiatif dari masyarakat untuk upaya konservasi.

"Forum Diskusi ini merupakan pijakan bagi semua pihak untuk melanjutkan dan meningkatkan rintisan-rintisan dalam upaya konservasi Harimau Sumatera," kata Kepala BKSDA Sumatera Barat, Toto Indraswanto.

"Upaya semua pihak yang terlibat dalam upaya konservasi Harimau Sumatera bahkan menjadi semakin bersemangat dengan akan diresmikannya PR-HSD," ujar Toto.

Direktur Eksekutif YAD, Catrini Kubontubuh menambahkan, pihaknya merasa bangga menjadi bagian dari para penggiat upaya konservasi Harimau Sumatera. Harapannya, melalui PR-HSD ini bisa memberikan sumbangsih untuk peningkatan berbagai upaya konservasi.

"Sumbangsih itu mulai dari rescue, rehabilitate, dan release atau 3R,” kata Catrini.

Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya (PR-HSD) didirikan sebagai salah satu sumbangsih kepedulian YAD untuk meningkatkan upaya konservasi Harimau Sumatera. PR-HSD akan terdiri dari enklosur yang dibangun sangat mirip dengan habitat asli Harimau Sumatera di lahan seluas 10 hektar.

Pada tahap awal, dibangun dua enkosure dengan ukuran masing-masing 50 x 50 meter dilengkapi dengan kandang jepit dan kandang treatment untuk perawatan harimau tersebut. Pembangunan pada tahap selanjutnya direncanakan dalam luasan enklosur yang lebih besar lagi.

PR-HSD direncanakan akan segera diresmikan dalam tahun 2017 ini. Harimau yang sedang dirawat di Pusat Peyelamatan Satwa (PPS) ASTI di Gadog, Jawa Barat direncanakan akan dikirimkan ke Sumatera Barat. Sementara satu enklosur lainnya ditujukan untuk menampung Harimau konflik yang sering terjadi di kawasan Sumatera Barat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya