Liputan6.com, Cirebon - Sebagai petapa, penampilan Mbah Fanani jauh dari definisi rapi. Rambutnya gimbal, pakaian yang melekat juga hanya sarung dan celana pendek. Tak jarang, warga yang tak mengenalnya menganggapnya gembel atau orang gila.
Mbah Fanani juga pernah mengalami kejadian tak mengenakkan akibat penampilannya yang awut-awutan itu. Saat itu, sekitar 1972, ia sedang bertapa di Cilamaya, Karawang. Suatu waktu, ada sebuah pelang milik parpol terkena kotoran.
Ia lalu dituduh sebagai pengotor pelang tersebut oleh hansip. Seketika saja si hansip memukulinya.
"Waktu itu kan yang punya wewenang sebagian besar TNI. Mbah Fanani dianggap hansip salah satu orang gila yang mengotori tempat tersebut," kata Kiadi Ma'dun, keponakan Mbah Fanani, saat ditemui di Cirebon, Senin, 21 Mei 2017.
Keanehan terasa setelah si hansip yang memukuli Mbah Fanani pulang ke rumah. Hansip itu, kata dia, kaget saat melihat istrinya lebam seperti habis dipukuli. Saat ditanyakan pada istrinya, ia mengaku dipukuli si hansip sambil dilihat anak mereka.
Baca Juga
Advertisement
"Istri hansip mengaku dipukuli sama suami yang ternyata lagi mukulin Mbah Fanani, bahkan dilihat sama anaknya. Setelah itu, hansip sadar dan langsung minta maaf kepada Mbah Fanani," ujar dia.
Keanehan lain terjadi di kawasan Kesambi Lempeng. Saat itu, Mbah Fanani bertapa di tengah jalan arah Kesambi Lempeng, Karawang, dengan penampilan seperti orang gila. Pertapaan Mbah Fanani juga bertepatan dengan momen pergantian Danramil yang baru.
"Belum tahu seluk-beluknya apa tiba-tiba Danramil yang tidak bisa saya sebutkan namanya itu langsung mengusir Uwak saya. Setelah itu, sampah yang ada di sekitar Uwak saya dibakar. Tapi ternyata rumah Danramil kebakaran," ujar dia.
Akibat dua kejadian itu, ujar Kiai Ma'dun, warga tak lagi sembarangan memperlakukan Mbah Fanani. Warga juga semakin hormat setelah tahu perbuatan buruk yang ditujukan pada Mbah Fanani bisa berbalik kepada mereka.