Liputan6.com, Jakarta - Puisi yang dibacakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang dibacakan di acara Rapimnas Partai Golkar menjadi sorotan. Puisi karya Denny JA itu dianggap sebagai bentuk kritik yang disampaikan Gatot kepada pemerintah saat ini.
Gatot pun akhirnya buka suara menanggapi munculnya respons beragam terkait puisi yang ia bacakan. Gatot meminta agar puisinya tidak diarahkan pada satu sudut pandang saja.
Advertisement
"Melihat sesuatu harus melihat konteksnya. Yang dikatakan Presiden kompetisi global itu kompetisi antarnegara. Sekarang sudah meningkat kompetisi antarmanusia. Manusia tak mengenal batas dan mencari tempat yang lebih menjanjikan, lebih baik hidupnya, teori gaji namanya. Dan ini tahun 2050 diperkirakan 480 juta orang akan mengungsi," ujar Gatot Nurmantyo di Kalibata, Jakarta, Rabu (24/5/2017).
Menurut Gatot, melalui puisi tersebut, dia ingin mengingatkan seluruh pihak agar waspada. Jangan sampai orang Indonesia terpinggirkan, seperti sosok Jaka, tokoh yang diceritakan dalam puisi tersebut.
"Jadi puisi Jaka itu kalau tidak waspada, anakmu juga bisa seperti Jaka. Habis terpinggirkan bukan orang Indonesia lagi, kita terpinggirkan. Puisi itu mewujudkan apabila kita tidak waspada, kita sama seperti Jaka nanti kita, kalau kita tak waspada, anakmu bisa seperti itu, anak saya juga," tandas Gatot Nurmantyo.
Berikut puisi lengkap yang dibacakan Gatot, berjudul "Tapi Bukan Kami Punya" :
Sungguh Jaka tak mengerti
Mengapa ia dipanggil ke sini.
Dilihatnya Garuda Pancasila
Tertempel di dinding dengan gagah.
Dari mata burung Garuda
Ia melihat dirinya
Dari dada burung Garuda
Ia melihat desa
Dari kaki burung Garuda
Ia melihat kota
Dari kepala burung Garuda
Ia melihat Indonesia
Lihatlah hidup di desa
Sangat subur tanahnya
Sangat luas sawahnya
Tapi bukan kami punya
Lihat padi menguning
Menghiasi bumi sekeliling
Desa yang kaya raya
Tapi bukan kami punya
Lihatlah hidup di kota
Pasar swalayan tertata
Ramai pasarnya
Tapi bukan kami punya
Lihatlah aneka barang
Dijual belikan orang
Oh makmurnya
Tapi bukan kami punya