Liputan6.com, Garut - Rumah tapak untuk korban banjir bandang Garut di Kelurahan Lengkong Jaya, Kecamatan Karangpawitan dan Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, segera selesai. Harapannya agar secepatnya dapat ditempati korban yang selama ini tinggal di pengungsian.
"Di Kelurahan Lengkong Jaya sedang dibangun 127 unit, di Kelurahan Sukagalih sebanyak 28 unit sebentar lagi selesai," kata Kepala Bidang Perumahan, Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Garut, Miman di Garut, Rabu (24/5/2017), dilansir Antara.
Ia menuturkan, Pemerintah Kabupaten Garut, Provinsi maupun Pusat dan pihak swasta telah menyiapkan bantuan untuk pembangunan rumah bagi korban banjir bandang Garut, 20 September 2016.
Ia menyebutkan, ada tiga lokasi yang disediakan Pemerintah Kabupaten Garut untuk membangun rumah tapak dan rumah susun (rusun) yang cukup untuk korban banjir. "Dari tiga lokasi itu, satu di antaranya akan dibangun dua unit tower rusun," katanya.
Ia menyampaikan, khusus rusun yang akan dibangun di Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota itu sedang tahap proses rencana pembangunan. "Untuk rusun masih dalam proses dan segera dibangun," katanya.
Baca Juga
Advertisement
Ia menambahkan, tahap penyelesaian pembangunan rumah tapak di Lengkong Jaya diperkirakan mencapai 70 persen, sedangkan di Sukagalih sudah hampir 90 persen.
Selain rumah tapak di daerah itu, kata dia, sedang dibangun 100 unit rumah di Ciroyom, Kecamatan Tarogong Kaler, bantuan dari Qatar Charity. "Mereka ingin membangun sendiri, jadi kami hanya menyediakan lahannya saja," katanya.
Besaran rumah tapak yang sedang dibangun, kata dia, setingkat tipe 36/72. Rumah tapak itu memiliki dua kamar tidur, satu ruang keluarga, dan dapur.
"Akhir tahun ini mudah-mudahan bisa ditempati pengungsi," katanya.
Sebelumnya, sejumlah korban banjir bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut, mengatakan sudah jenuh tinggal di tempat pengungsian sejak September 2016 sehingga mengharapkan pemerintah segera menyelesaikan pembangunan rumah bagi korban banjir.
"Kami sudah jenuh karena aktivitas di sini tidak sama jika tinggal di rumah sendiri," kata Atih (45) pengungsi yang tinggal di Gedung Islamic Centre, Garut Kota.
Ia menuturkan, sudah hampir delapan bulan menempati ruangan berukuran 4x6 meter bersama suami dan empat anaknya di sebuah gedung. Atih bersama ratusan pengungsi lainnya belum mengetahui sampai kapan bertahan di tempat pengungsian, maupun pindah ke rumah baru yang dibangun pemerintah.
"Sampai sekarang belum tahu kapan pindahnya, belum ada kepastian," kata warga Kikisik, Desa Sukakarya, Kecamatan Tarogong Kidul daerah yang terdampak banjir luapan Sungai Cimanuk.
Ia menyampaikan harapan bantuan rumah, karena rumahnya rusak diterjang banjir. Bahkan, harta berharga lainnya juga hanyut terbawa banjir.
Atih bersama keluarganya tidak punya pilihan untuk menghilangkan kejenuhan, selain tetap bertahan di tempat pengungsian. ,"Kalau punya rumah sendiri lebih nyaman menatanya, ke toilet juga tidak perlu antre seperti sekarang," katanya.
Pengungsi lainnya, Uyu (40), warga Cimacan, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul mengharapkan pemerintah segera menyelesaikan rumah untuk pengungsi. Ia bersama satu anaknya sudah jenuh tinggal di tempat pengungsian sehingga berharap bantuan rumah dapat segera diselesaikan.
"Ingin cepat pindah, menempati rumah sendiri, karena suasana di pengungsian kurang nyaman," kata Uyu yang kehilangan anak dan istrinya akibat bencana banjir itu.