Liputan6.com, Manchester - Kepolisian Manchester telah menetapkan seorang tersangka yang menjadi bomber bunuh diri dalam konser Ariana Grande di Manchester Arena, Inggris pada Senin 22 Mei 2017.
Yang bersangkutan adalah Salman Ramadan Abedi (22). Ia ikut tewas dalam ledakan tersebut.
Abedi diduga kuat orang yang mengaktifkan perangkat peledak yang menewaskan 22 orang serta melukai sekitar 64 orang lainnya.
Baca Juga
Advertisement
Pasca-menjalankan aksinya, hanya sedikit informasi yang diketahui tentang Abedi. Berikut 3 fakta tentang Abedi, seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber:
1. Keturunan Libya-Inggris
Menurut CNN, (25/5/2017), Abedi merupakan warga negara Inggris keturunan Libya. Ia dibesarkan kedua orang tuanya di Fallowfield, Manchester.
Orang tua Abedi meninggalkan Libya saat negara itu diperintah oleh Moammar Khadafi.
Tetangganya menyebut bahwa Abedi telah memanjangkan jenggotnya dalam satu tahun terakhir dan bertingkah aneh.
"Beberapa bulan lalu ia (Abedi) melantunkan kalimat tauhid sangat nyaring di jalan dalam Bahasa Arab," ujar tetangganya, Lina Ahmed, kepada The Sun, 24 Mei 2017.
Dikutip dari News.com.au, bagi tetangganya ia dianggap sosok pendiam, berbeda jauh dengan dua saudara kandungnya, Ismael dan Jomana, yang lebih supel.
Pada tahun 2011, ayah Salman kembali pulang ke Libya. Dan awal 2017 lalu, ibu Salman menyusul pulang ke negara di Tanduk Afrika itu.
Abedi sempat terlibat dengan kelompok geng tertentu, karena hal ini pula ia diminta sang ayah untuk pulang ke Libya. Namun pada 3 Mei 2017, pemuda itu memutuskan kembali ke Manchester.
Kepada sang ayah, Abedi menyampaikan, ia akan kembali ke Manchester sebelum melakukan perjalanan umrah.
Namun tiga hari setelah menginjakkan kakinya kembali di Manchester, Abedi dikabarkan meledakkan bom di Manchester Arena.
Advertisement
2. Kuliah di Salford University
Abedi sempat mengenyam pendidikan tinggi di Salford University. Di sana ia mengambil program bisnis dan manajemen.
Program perkuliahan harusnya dijalani Abedi sekitar dua tahun, yakni kalender akademik 2015 - 2016. Namun Abedi tidak menyelesaikan kuliahnya.
Dilansir CNN, Kamis (25/5/2017), pria 22 tahun itu dropout dari Salford University.
Menurut sejumlah orang yang mengenal Abedi, pria itu tidak aktif dalam berbagai kegiatan di Salford University. Ia bahkan cukup sering bolos.
Informasi kepolisian yang menyebutkan bahwa seorang eks mahasiswa Salford University merupakan pelaku bom bunuh diri di Manchester merupakan kabar buruk bagi perguruan tinggi tersebut.
"Telah diketahui bahwa tersangka yang diungkap oleh kepolisian, Salman Abedi, dulu merupakan salah satu mahasiswa di Salford University. Ini merupakan kabar mengejutkan bagi kita semua, dan kita memahami bagaimana kabar ini mungkin akan memengaruhi civitas universitas," kata Neil Fowler, Dekan Kemahasiswaan Salford University, dalam sebuah pernyataan tertulis seperti yang dilansir The Tab, 24 Mei 2017.
3. Telah Masuk Radar
Abedi merupakan salah satu individu yang tengah dipantau oleh pemerintah Inggris jauh sebelum teror bom di Manchester terjadi.
"Lembaga intelijen mengetahui banyak individu, dan saya yakin mereka akan mengetahui lebih banyak tentang Abedi di kemudian hari. Yang jelas, untuk saat ini, intelijen telah mengonfirmasi mengenali dia. Informasi lebih detail akan diketahui ketika operasi intelijen komplet," jelas Menteri Dalam Negeri Inggris Amber Rudd seperti yang dikutip CNN, (25/5/2017).
Kepolisian Greater Manchester juga tengah menyelidiki jaringan kenalan Abedi dan kemungkinan hubungan pemuda itu dengan jaringan ISIS di Inggris dan Libya.
"Jelas kami tengah menyelidiki jaringan tersebut," terang Kepala Polisi Greater Manchester Ian Hopkins.
Sejumlah analis dan pakar terorisme menduga kuat bahwa Abedi memiliki keterkaitan dengan ISIS. Dugaan itu muncul setelah para ahli mengetahui bahwa sejumlah akun sosial media yang berkorelasi dengan pendukung ISIS mengunggah pernyataan yang mendukung teror bom Manchester.
"Belum ada klaim terkait ledakan di #Manchester, tapi sejumlah akun #ISIS merayakan serangan itu, menyebarluaskan dan mengancam (red: melalui) media," kicau Rita Katz dari Search International Terrorist Entities Intelligence Group (SITE) -- sebuah firma analisis isu terorisme asal Inggris -- dalam akun Twitter @Rita_Katz pada 23 Mei 2017.
Sementara itu, analis terorisme asal Amerika Serikat menilai bahwa respons para kelompok pro ISIS menjadi indikasi kuat bahwa serangan di Manchester didalangi oleh organisasi teror tersebut.
"BREAKING Akun Telegram yang berkorelasi degan ISIS mengeluarkan pernyataan resmi terkait serangan di #Manchester," ujar analis terorisme asal AS, Michael S. Smith II melalui akun Twitter @MichaelsSSmithII pada 23 Mei 2017.
Kini pemerintah Inggris menduga kuat keterlibatan Abedi dalam aktivitas terorisme diawali sejak perjalanannya ke Libya pada April 2017 lalu. Namun seseorang yang dekat dengan keluarga Abedi menjelaskan bahwa perjalanan pemuda itu ke Libya murni atas perintah ayah dan ibunya.
Hal itu dipicu kekhawatiran Abedi akan terlibat lebih jauh dengan geng di Manchester. Kedua orang tuanya bahkan berniat untuk tetap menahan putra mereka di Libya.
Namun Abedi dikabarkan berhasil meyakinkan orang tuanya agar mengizinkan ia kembali ke Manchester sebelum melaksanakan umrah.
Hingga kini, kepolisian dan intelijen Inggris tengah mendalami informasi tersebut.
Advertisement