Liputan6.com, Purwakarta - Menjelang datangnya bulan Ramadan, ribuan umat muslim dari berbagai elemen di Purwakarta, Jawa Barat, akan berpawai lampu petromaks.
"Saya targetkan peserta dan petromaksnya bisa mencapai angka 9.999. Angka 9 diambil sebagai silmbol dari nama Allah Asmaul Husna," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Kamis (25/5/2017).
Pawai lampu petromaks akan digelar malam ini, Kamis (25/5/2017) atau sehari menjelang pelaksanaan ibadah puasa sesuai jadwal kalender pemerintah.
Lampu petromaks dipilih sebagai alat utama penerangan pawai, kata Dedi, sebagai pengganti colen atau obor bambu yang sudah lumrah dilakukan tahun-tahun sebelumnya.
"Kami ingin alat penerangan baheula atau jadul dikenang lagi oleh masyarakat dengan menciptakan suasana yang lebih meriah," katanya.
Ia mengaku tak khawatir dengan lampu petromaks yang menjadi sarat keikutsertaan para peserta pawai jelang Ramadan tersebut. Sebab, tutur Kang Dedi, di pedesaan masih cukup banyak warga di pedesaan yang menggunakan lampu petromaks sebelum ada listrik itu.
Dengan menggunakan lampu pertanda orang berpunya di era 70-an itu, suasana Kota Purwakarta akan lebih terang. Sebab, sinar lampu berbahan minyak tanah dengan alat pemantik spiritus itu memiliki jangkauan penerangan yang lebih bagus ketimbang obor.
Kepala Bidang Humas Diskominfo Kabupaten Purwakarta, Hendra Fadly mengatakan pawai lampu petromaks tersebut akan diikuti para kepala desa, aparat desa, kalangan pesantren, majelis taklim, pelajar dan mahasiswa serta masyarakat umum.
Rombongan pawai lampu petromaks akan melewati ruas-ruas jalan protokol mulai dari jalan Singawinata-Sudirman-Pahlawan-Ibrahim Singadilaga-Basuki Rahmat-Martadina dan berakhir di jalan Singawinata lagi. Selain membawa lampu petromaks, peserta pawai juga diperbolehkan membawa alat musik seperti marawis dan beduk serta melantunkan salawat Nabi sepanjang pawai.
Advertisement