Liputan6.com, Beijing - Kapal penghancur (destroyer class) milik Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Dewey mendekati sebuah pulau di Laut China Selatan. Peristiwa ini terjadi pada Rabu, 24 Mei 2017.
Sebagai bagian dari operasi navigasi kebebasan AS, USS Dewey berlayar sekitar 20 kilometer dari bibir pantai Mischief Reef, di klaster Kepulauan Spratly, sebuah dataran yang diklaim oleh China.
Sebagai respons, Angkatan Laut China memberikan imbauan keras dan menghalau USS Dewey melakukan manuver di dekat Mischief Reef.
"Kami telah mengimbau tegas dan menghalau kapal itu (USS Dewey). Mereka telah memasuki perairan kami (di Mischief Reef) tanpa izin. Kami dengan tegas menolak sikap AS yang mencoba menunjukkan kekuatan militernya di kawasan tersebut," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Ren Guoqiang, seperti yang dikutip CNN, Kamis (25/5/2017).
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Amerika Serikat tidak memberikan konfirmasi dan informasi detail mengenai pergerakan USS Dewey ke Mischief Reef.
Pentagon hanya menjelaskan bahwa sejumlah kapal AS memang rutin melakukan manuver di perairan Asia Pasifik, termasuk Laut China Selatan.
"Kami (AS) beroperasi rutin di Asia Pasifik, termasuk di Laut China Selatan. Kami beroperasi sesuai ketentuan hukum internasional. Kami terbang, berlayar, dan beroperasi sesuai ketentuan hukum," kata Juru Bicara Pentagon Kapten Jeff Davis, demikian seperti yang dilansir CNN.
Sebagai salah satu rute pelayaran kawasan Asia yang krusial, Laut China Selatan jadi ajang sengketa sejumlah negara, seperti Tiongkok, Filipina, dan Vietnam.
Selama ini, Tiongkok merupakan negara dengan klaim dominan di Laut China Selatan.
Pada masa kepemimpinan Barack Obama, Negeri Paman Sam rutin melakukan operasi patroli kapal perang di Laut China Selatan.
Namun, sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden, pakar politik menilai bahwa AS akan mengendurkan aktivitas militernya di wilayah sengketa itu, demi mempertahankan relasi positif Presiden Trump dengan Presiden China Xi Jinping.
Akan tetapi, menurut pakar, semua diprediksi berubah pasca-laporan USS Dewey yang melakukan manuver pendekatan.
"Cepat atau lambat, akan ada perubahan kebijakan AS di Laut China Selatan. Sebagian besar pasti akan melanjutkan kebijakan di masa Obama," kata Ian Storey dari ISEAS Yusof Ishak Institute Singapura kepada CNN.
Sebelumnya, AS kerap memilih untuk tidak mengambil sikap pada isu Laut China Selatan. Selain itu, sejumlah proposal operasi patroli laut di perairan itu juga kerap tidak diizinkan oleh Pentagon.
Namun belum jelas apakah pergerakan USS Dewey menunjukkan bahwa proposal operasi patroli di Laut China Selatan kini telah mendapat lampu hijau oleh Kementerian Pertahanan AS.
Hingga kini, Washington belum merespons peristiwa ini.