Liputan6.com, Pangandaran – Tiga bocah di Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran menyambangi kios yang terletak di komplek Pasar Wisata Blok D nomor 99-100. Mereka adalah Niwang (7), Gerald (6) dan paling bungsu Zibran (3). Mereka langsung mengambil buku yang tersusun rapi di rak kayu.
Dua kios berukuran 1 x 2 meter persegi yang digabung itu dulunya merupakan tempat berjualan pakaian. Kini, kios bercat putih sudah disulap menjadi Rumah Plankton, Ruang Komunitas dan Taman Baca dan dipenuhi buku-buku.
Kehadiran Rumah Plankton disambut bahagia anak-anak sekitar yang rata-rata belum kecanduan gawai. Niwang misalnya, dia menyukai buku cerita bergambar. Caranya membaca terdengar cukup lancar.
Andi Nurroni, salah seorang penggagas Rumah Plankton menerangkan rumah baca itu didirikan beberapa anak muda yang berprofesi sebagai jurnalis. Keresahan mereka akan minimnya tempat diskusi, termasuk ketiadaan ruang baca, melahirkan gagasan untuk membangun Rumah Plankton.
"Inisiatornya tujuh wartawan dari berbagai media. Sedangkan, pengurusnya saat ini ada 40 orang ditambah 10 pengarah," kata Andi saat ditemui Liputan6.com, Senin, 22 Mei 2017.
Baca Juga
Advertisement
Rumah Plankton di sini, sambung dia, bisa berarti dua hal. Pertama sebagai ruang berkumpul komunitas kreatif dan anak muda yang berlatar belakang beragam hobi mulai dari musik, teknologi informasi, desainer grafis hingga fotografi dengan tujuan positif.
Sedangkan kedua, Rumah Plankton sebagai taman baca yang berfungsi sebagai tempat membaca buku mulai dari buku cerita bergambar, sastra, tips, agama, hukum, politik hingga filsafat. Ribuan koleksi buku yang tersedia bisa diakses warga hanya dengan mendaftarkan diri sebagai anggota.
"Awalnya, di sini tidak ada ruang atau nongkrong. Kemudian setelah tempat ini dibuka, lama kelamaan jadi magnet bagi anak-anak muda kreatif melalui berbagai proyek kolaborasi," ucap Andi.
Jangan bayangkan pula taman baca di Pangandaran itu seperti perpustakaan yang ber-AC dan berkursi. Selain rak buku sederhana, hanya terdapat terdapat karpet, meja, sofa dan sebuah kipas angin. Semuanya didirikan secara swadaya melalui program penggalangan donasi publik.
"Tadinya tempat ini adalah dua kios, dua pertiganya sebagai taman baca sedangkan sisanya dapur dan kantin," katanya.
Keanggotaan Seumur Hidup
Meski lahir dari ide sederhana dan modal apa adanya, Andi cs berhasil membangun semangat literasi di desanya. Dalam kurun waktu empat bulan saja, terdapat 160 anggota taman baca. Mereka terdiri dari anak-anak, pelajar, mahasiswa, guru, pegawai pemerintah hingga masyarakat umum.
Setiap anggota dikenakan biaya untuk kartu anggota. Biaya untuk umum Rp 15 ribu dan pelajar Rp 10 ribu. Setiap peminjaman buku dikenakan biaya Rp 2.000 dengan batas pinjam tiga buku selama 10 hari. Keanggotaan tersebut sudah berlaku seumur hidup.
"Kalau anak kecil, mereka bisa tukar dengan botol air mineral. Lima botol bisa pinjam satu buku," tuturnya.
Rumah Plankton dibuka sejak 24 Desember 2016. Filosofinya berasal dari organisme plankton, yakni makhluk-makhluk kecil tak kasat mata di lautan yang berperan besar dalam sistem kehidupan.
Awalnya, Rumah Plankton menginisiasi berbagai kegiatan mulai dari kelas bahasa (Inggris dan Arab), kelas menulis, menggambar mendongeng, diskusi hingga agenda sosial seperti membersihkan lapangan atau pantai. Selain itu, mereka juga menggelar lapak baca di taman yang berada di sekitar Pangandaran.
Untuk mengelola seluruh kegiatan, Andi dibantu para relawan yang terbagi dalam tujuh divisi. Ketujuh divisi tersebut di antaranya tim taman baca, program dan hubungan komunitas, ekonomi kreatif, kantin, program anak, admin keungan serta TIK dan multimedia.
"Kita juga membuat tim program anak yang diadakan setiap seminggu sekali. Anak-anak diajak bermain sambil berkegiatan misalnya recycling, menggambar atau mengikuti games. Dari berbagai minat ini setidaknya kita harus sama dalam dua hal yaitu literasi dan lingkungan," paparnya.
Di samping itu, komunitas Rumah Plankton juga memiliki komite pengarah. Mereka adalah para profesional muda yang bertugas untuk berdiplomasi.
Sedangkan bagi orang yang berada di luar Pangandaran, disematkan Duta Rumah Plankton. Para duta dari luar kota ini bertugas mencari buku dan memperluas jaringan.
"Gol kita punya komunitas-komunitas yang beragam. Untuk saat ini ada yang inisiasi dan sebagian lagi datang bergabung di sini," katanya.
Meski baru berjalan selama kurang lebih enam bulan, Andi sudah mengimpikan ruangan yang lebih luas. "Kalau diskusi biasanya selalu penuh. Dalam bayangan saya komunitas dan taman baca ini nanti dipisah," ucapnya.
Advertisement