Harga Jengkol Tembus Rp 100 Ribu per Kg, Ini Reaksi Mendag

Harga jengkol di pasar tradisional di Jakarta melejit hingga Rp 100 ribu per kilogram (kg) menjelang puasa.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Mei 2017, 13:03 WIB
Harga jengkol di pasar tradisional di Jakarta melejit hingga Rp 100 ribu per kilogram (kg) menjelang puasa.

Liputan6.com, Jakarta - Harga jengkol di pasar tradisional di Jakarta melejit hingga Rp 100 ribu per kilogram (kg) menjelang puasa. Kenaikan harga terpicu kurangnya pasokan komoditas sayuran tersebut ke Ibu Kota.

Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita tidak mau ambil pusing dengan kenaikan harga jengkol. Alasannya, jengkol bukan bahan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dan tidak berdampak terhadap inflasi.

"Tidak ada urusan dengan jengkol. Ini mencari-cari. Jengkol bukan bahan kebutuhan pokok dan tidak memberi kontribusi ke inflasi," tegasnya usai penyerahan LHP LKKL di kantor Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta, Jumat (26/5/2017).

Seperti diberitakan sebelumnya, Janopi (40), pedagang sayuran di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengatakan kenaikan harga jengkol terjadi sejak 1 bulan lalu. Kenaikan ini berlangsung secara bertahap hingga harga mencapai Rp 90 ribu-Rp 100 ribu per kg saat ini.

"Naiknya sudah dari sebulan lalu. Harganya juga beda-beda, tergantung ukuran. Kalau yang besar sudah Rp 100 ribu, yang kecilan Rp 90 ribu. Pas Lebaran mungkin masih tinggi," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.

Pria asal Pati, Jawa Tengah, tersebut mengungkapkan, akibat kenaikan ini pembeli sayuran yang terkenal dengan baunya yang khas tersebut berkurang. Jika biasanya sehari dia bisa menjual 30 kg, kini hanya kurang dari 10 kg.

‎"Jengkol ini kalau harganya sudah di atas Rp 60 ribu, yang beli biasanya orang yang butuh seperti warung makan, pesanan. Kalau rumah tangga jarang, jadi berkurang. Kan, normalnya saja cuma Rp 30 ribu-Rp 40 ribu per kg," tutur dia.

Jumi (36), pedagang sayuran di pasar yang sama, juga mengungkapkan kenaikan harga jengkol karena pasokan yang berkurang. Hal tersebut disinyalir lantaran komoditas ini sedang tidak masa panen, sehingga pasokannya menurun.

‎"Kalau jengkol ini kan musiman, banyaknya dari luar Jawa seperti dari Kalimantan. Kalau yang ada sekarang pasokannya dari Pekalongan, Banyuwangi, Jepara, Trenggalek. Pasokanya enggak sebanyak dari luar Jawa. Ada dari Lampung, tapi masih muda-muda. Kalau jengkol dari Kalimantan masuk, biasanya harga turun, karena banyak dari sana," tandas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya